Penulis : Sayid Adli Yakan
Luqman seorang Santri yang taat kepada Allah dan Rasulnya,Luqman dibesarkan di sebuah Pesantren yang berada di perkampungan malang, Jawa Timur. Nama Pesantrennya ialah Ponpes Daarul Hasanah. Pimpinan Ponpes tersebut bernama Kyai Mufthi, dikenal seorang yang Tawadhu atau rendah hati dan juga sikapnya yang penyabar selain itu Kyai Mufthi adalah orang yang haus akan ilmu.
Pada hari minggu Ponpes sangat ramai dikarenakan Santri-santri banyak yang di mudif atau perjengukan namun, berbeda halnya dengan Luqman, Santri yang lain banyak di mudhif tapi kalau Luqman memanfaatkan waktu mudhif itu untuk mencuci, saat sedang asyik mencuci pakaian, Ustad Romli memanggil Luqman, Ustadz Romli adalah Musyrif, atau wali asrama Banin, “Luqman taal.”ucap Ustadz Romli dengan gaya bicaranya yang khas, Luqman yang dari tadi asyik mencuci pun langsung memberhentikan pekerjaan tersebut, “naam stadz, ada apa?” Luqman bertanya heran tidak biasanya Ustadz Romli memanggilnya ketika hari mudhif “kamu enggak tau, kenapa saya memanggil kamu?” tanya Ustadz Romli sambil mengerutkan dahi, “enggak tau stadz, ane daritadi nyuci tuh liat pakaian numpuk, lagi pula tumben-tumbenan Ustadz manggil ana ada apa Ustadz?” balas Luqman sambil menunjuk pakaian yang belum selasai di cuci, “Luqman, saya manggil karena kamu di panggil sama Kyai Mufthi di rumah beliau, sekarang kamu beresin dulu cuciannya baru nanti kamu ke rumah Kyai ” dengan nada yang lembut Ustadz Romli menyampaikan amanat dari Kyai Mufthi, “Naam stadz.” Luqman langsung bergegas dan mengiyakan, Ustadz Romli pun kembali ke kantor Guru karena masih banyak tugas yang harus dikerjakan, setelah selesai membereskan pakaiannya Luqman langsung pergi menuju rumah Kyai, memang rumah Kyai Mufthi tidak jauh dari asrama Banin jaraknya hanya sekitar 25meter.
Luqman datang tidak sendirian ia selalu minta ditemani oleh sahabat karibnya dari Ibtidaiyah bernama Dzul, ketika sampai di rumah Kyai Mufthi ada seorang yang sedang berbincang dengan Kyai, Luqman sangat mengenalinya, dia adalah Fahmi seorang santri yang keluar setelah lulus Tsanawiyah, Fahmi keluar karena suruhan orang tuanya untuk belajar di Jakarta, namun apa boleh buat Fahmi hanyalah anak yang mentaati perintah kedua orang tuanya. “Assalamualaikum.” Sapa Luqman dan Dzul dengan bebarengan, “Waalaikumsalam.” Jawab Kyai dan Fahmi, “eh nak Luqman, ayuk sini duduk ada nak Dzul juga, yowes monggo duduk.” Kyai mempersilahkan Luqman dan Dzul duduk, dengan kesederhannya seorang Kyai Mufthi, “Enjeh pak yayi” jawab Dzul yang memang suka sekali nyeleneh kalau ngomong, “Jadi, maksud saya memanggil kalian kesini adalah untuk membantu nak Fahmi, karena nak Fahmi sedang ada masalah yang lumayan rumit, kamu bersedia kan? “ tanya Kyai, “enjeh Kyai, ana mau saja tapi apa ana boleh tau apa itu masalahnya?” dengan nada yang sopan Luqman bertanya dengan santun, “gini, jadi nak Fahmi ada masalah keluarga, masalahnya ialah Bapaknya nak Fahmi ikut aliran sesat yaitu Syiah.” Kyai Mufthi menerangkan sembari menjelaskan tentang syiah, Luqman dan Dzul terkejut dengan pemaparan Kyai Mufthi, selama ini Luqman mengenal Ayah Fahmi sebagai seorang Dosen di salah satu universitas ternama di Jawa Timur, namun bisa-bisanya Ayah Fahmi mengikuti aliran sesat tersebut. “Gimana, kamu mau membantu nak Fahmi ndak? Boleh kamu membawa Dzul, sembari dia belajar.” ucap Kyai, “Sadhela Kyai, ana sholat istiqhoroh dulu mungkin Kyai, berikan batasan minimal seminggu Kyai.” Nada halus yang diucapkan Luqman membuat Kyai, dan Fahmi mengiyakan, “afwan Kyai, ana sih setuju-setuju saja untuk ikut, tapi bagaimana ya kita ke Jakarta sementara kita mau menghadapi ujian Pondok dan juga ujian Nasional.” Dzul mengucapkan perkataannya dengan grogi, karena ia sadar bahwa ia bukan siapa-siapa diantara mereka, “pertanyaan bagus dari nak Dzul, kalau kalian berhasil mendebatkan para Syiah, kalian tak perlu ujian Pondok lagi, karena kalian sudah mendapatkan nilai dari ilmu mantiq mengerti toh?” ujar Kyai Mufthi, “njeh Kyai.” Jawab Luqman dan Dzul. “Yasudah, nak Fahmi mau kan nunggu di Ponpes ini 3 hari dulu, karena nak Luqman sama nak Dzul ingin sholat istiqhoroh dulu.” tanya Kyai, “njeh Kyai, gapapa ane juga mau ngerasain lagi mondok disini.” tantang Fahmi dengan semangat yang menggebar, Luqman dan Dzul pun tertawa karena melihat gayanya yang masih sama saja seperti dulu, mereka pun pamit kepada Kyai untuk kembali ke asrama. Bu Nyai keluar sambil membawa minuman kepada mereka namun mereka sudah pergi, “lho kok udah pada pergi sih bah? Mau dibawain minuman tapi pergi piye iki?” tanya Bu Nyai dengan nada yang khas sekali dengan Jawa, “hehehe mereka ingin kembali bersama seperti dulu kala waktu jaman tsanawiyah dulu hehehe” jawab Kyai sambil cengengesan, “yowes nih minuman gimana?” kembali bertanya Bu Nyai, “kasih tukang di belakang aja mi.” jawab Kyai sambil meminum kopi hitamnya, “yowes.” Bu Nyai mengiyakan dan kembali ke dalam rumah sambil membawa sampan yang berisikan tiga minuman.
Matahari sudah beranjak tiba, bak permata yang menyinari pantai, keadaan seperti ini yang didambakan setiap Santri, dimana waktu ini adalah yang paling tepat untuk sholat dhuha, Luqman yang selalu menghadirkan sholat dhuha di dalam qalbunya, dan ia juga selalu mengerjakan amal-amalan sunnah yang lain. “Luqman, come on kita gak boleh ketinggalan bis.” Dzul mengagetkan Luqman yang sedang berdoa, “iya sabar toh Dzul, lagi berdoa ini.” ucap Luqman santai, “yowes, aku tunggu di depan gerbang ya, disana udah ada Fahmi, Kyai, Bu Nyai dan jangan lupa ada Fathimah juga, wahhh.” goda Dzul, Luqman langsung menggibas Dzul dengan tangannya. “huss, hus, sana.” Luqman mengusir Dzul secara halus. Luqman berjalan ke arah gerbang sambil membawa tas gendong miliknya, ia melihat di sana ada Ustadz Romli, “wah Luqman sudah gagah ya,” puji Ustadz Romli, Luqman tersenyum namun Dzul dan Fahmi tertawa bahagia melihat temannya yang selalu berpakaian sederhana bahkan tidak mempedulikan penampilannya, karena Luqman memang orangnya seperti itu, apa adanya. “oke, kalian sudah disini, saya hanya memberi nasihat sedikit kepada antum semua, yang pertama jangan pernah melupakan Allah, karena orang yang melupakan Allah, nanti juga akan dilupakan oleh Allah, jadi kalau kalian mempunyai masalah jangan pernah lupa minta sama Allah, hadirkan di hati kalian itu Allah, mengerti?” tanya Kyai, mereka semua mengangguk, “yang kedua, jangan pernah meninggalkan sholat tahajjud, sholat shubuh berjamaah, dan jangan pernah meninggalkan puasa sunnah, karena Nabi bersabda, Setiap sesuatu ada zakatnya. Sedangkan zakat bagi jasad[7] adalah puasa, dan puasa adalah separo dan sabar, mengerti?" Kyai menjelaskan dengan nada ceramah yang ia suka lakukan, karena memang Kyai Mufthi dikenal juga sebagai penceramah tersohor di Jawa Timur, “njeh Kyai.” jawab dengan mantap Luqman, Dzul, dan Fahmi. “Ustadz ada masukan nggk?” tanya Kyai, “hmm iya InshaAllah ada Kyai, kalian jangan pernah anggap remeh doa. doa adalah perisai yang sangat ampuh, mengerti?” tanya Ustadz Romli. Luqman, Dzul, dan Fahmi mengagguk serempak. “yasudah sekarang kalian naik angkot yang menuju ke terminal bis, kalau misalnya urusan biaya saya sudah memberi sedikit bantuan, dan uangnya ada di nak Fahmi.” ujar Kyai. “Nuhun, Kyai” jawab Luqman, Dzul, dan Fahmi yang daritadi menjawab serempak. Mereka pamit dan pergi kedepan naik angkot, setelah mendapatkan angkot mereka melambaikan tangan ke arah Kyai, Bu Nyai, Ustadz Romli, dan juga Fathimah, Fathimah tersenyum manis, Luqman pun demikian.
Bus arah jakarta banyak sekali, jadi Luqman dan kawan-kawan tidak pusing untuk mencari bus yang ke arah jakarta, mereka pun akhirnya menemukan bus yang ingin berangkat, sambil berlari-lari kecil untuk menaiki Bus tersebut, usaha mereka tidak sia-sia karena masih ada3 tempat duduk yang kosong, walaupun tempat itu berada di paling belakang. Bus akhirnya berjalan dengan santai, walaupun sekarang masuknya hari kerja di Malang ini tidak mengenal hari, disini selalu ramai setiap hari. 18 jam waktu yang ditempuh Malang-Jakarta, dan akhirnya sampai di terminal Kp. Rambutan, disana mereka disambut oleh Ustadz Yahya, Ustadz Yahya adalah seorang Ustadz yang sederhana, namun mempunyai Pesantren dhuafa atau yatim piatu, Fahmi selama dua tahun tinggal disana. Atas izin Allah, Ustadz Yahya membantu Fahmi sampai sekarang ini, “Assalamualaikum, Ustadz” salam Fahmi, Luqman, dan Juga Dzul, “Waalaikumsalam, ayok langsung masuk ke mobil” Ustadz Yahya mengajak mereka untuk masuk kedalam mobil, didalam mobil, Ustadz menceritakan pengalaman bagaimana ia bertemu Fahmi, yang ia temukan sedang tidur di masjid, dan Ustadz Yahya mengajak Fahmi untuk tinggal di Pesantrennya. Luqman dan Dzul tertawa gembira, mendengarkan cerita tentang sahabatnya yang ditemukan itu. Mobil masuk menuju suatu tempat di daerah kawasan Jakarta Selatan ini, “Selamat datang di Pesantren yang sederhana ini.” ujar Ustadz Romli, “Subhanallah, indah ini Ustadz” jawab Dzul. Pesantren Ustadz Yahya ini memang sederhana namun letak bangunan-bangunan ini tertata dengan rapih, dan di tengah-tengahnya ada taman, yang dihiasi oleh bunga-bunga berwarna. “ini semua pemberian Allah, dan ini semua hanyalah titipan” balas Ustadz Yahya. Setelah turun dari mobil, Fahmi mengantarkan kedua sahabatnya ini ke kamarnya, “nah ini dia kamarnya” ujar Fahmi, “wahh keren ini” jawab spontan Dzul yang lari langsung ke kasur, “huss, Dzul yang sopanan dikit, ini di kamar orang.” balas Luqman yang memang menjaga sekali kesopanannya, “enggak apa-apa, anggap saja ini asrama kalian, kita ini kan saudara, saudara seiman dan perjuangan.” ujar Fahmi sambil tersenyum, Luqman mengangguk sambil tersenyum takjub, karena ia masih berpikir bagaimana mungkin Fahmi yang dulu bandel namun sekarang berubah 180 derajat. “oke, sekarang kalian istirahat dulu, mau mandi, makan, kalau makan nanti ke dapur aja, dapurnya ada di belakang kamar ini. Mengerti?” ujar Fahmi sambil menirukan gaya Kyai Mufthi, Luqman dan Dzul pun dibawa ketawa oleh Fahmi.
Allahuakbar... Allahuakbar. Adzan shubuh berkumandang Luqman yang dari tadi membaca Al Qur’an di kamarnya langsung bergegas mengambil air wudhu kembali, Dzul dan Fahmi juga telah selesai memakan santapan sahurnya, dan mereka langsung menuju kamarnya untuk mengambil pakaian sholat. Luqman sudah menyelesaikan sahurnya sebelum Dzul dan Fahmi sahur, ia juga menyelesaikan sholat tahajjudnya sebelum Dzul dan Fahmi sholat tahajjud, inilah kebiasaan yang dilakukan oleh Luqman, ia berharap semoga Istiqomah dalam menajalankan sunnah Nabi ini, prinsip Luqman sangat baik, yaitu bangun sebelum orang lain bangun, belajar sebelum orang lain belajar, dan mandi sebelum orang lain mandi, intinya Luqman ingin menjadi orang yang pertama dalam hal ini, karena Imam Syafi’i selalu seperti itu, dan InshaAllah menjadi Istiqomah. Setelah sholat shubuh, para Santri membaca al-matsurat, Luqman, Dzul, dan Fahmi ikut serta juga di dalamnya. “Fahmi, ayo ajak Luqman dan Dzul, ajak mereka ke ruang media, disana juga sudah ada Ustadz Khalid, yang ingin berbagi ilmu tentang bahayanya Syiah.” ajak Ustadz Yahya, Fahmi mengiyakan dan mengajak Luqman dan Dzul untuk bergegas kesana, “sudah tidak usah ganti pakaian, pakai itu saja.” ujar Fahmi. Di ruang multimedia,Luqman, Dzul, dan Fahmi bersalaman dengan Ustadz Khalid, “perkenalkan ini Ustadz Khalid, beliau pernah menjadi Syiah, bukan menjadi Syiah beneran, tapi beliau ditugaskan oleh MUI, untuk menjadi Syiah, karena MUI ingin tahu apakah Syiah sesat atau tidak, untuk jawabannya kami persilahkan Ustadz Khalid menjawab.” Ustadz Yahya membuka topik perbincangan dengan hangat, “Bismillahirahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.” salam Ustadz Khalid, dan dijawab serempak. “pertama-tama Alhamdulilah, Allah mempertemukan kita disini dalam keadaan sehat wal alfiyat, aamiin ya rabbal alamin, kedua sholawat serta salam kepada Nabi besar kita Muhammad saw, beserta keluarganya, para sahabatnya tabiin-tabiin dan juga pengikutnya. Singkat saja kita sekarang ada di masa bagaimana Islam sedang di serang-serangnya, kita tidak membahas tentang yang lain tapi kita akan mengupas, salah satu ajaran sesat yang dimurkai oleh Allah swt, ialah Syiah laknatullah, yang harus kita ketahui adalah asal usul tentang syiah tersebut, kalian sudah tahu kan asal usul tentang syiah tersebut?” tanya Ustadz Khalid, mereka semua mengangguk. “ya, menurut teminologi kata Syiah tertuju kepada satu sekte atau firqah yang mengaku sebagai pengikut dan pendukung setia Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, sehingga menjadi nama yang khusus bagi mereka. Syiah adalah sekelompok orang yang menganggap pengganti Nabi saw merupakan hak istimewa keluarga Nabi, dalam hal ini Ali ra dan keturunannyalah yang berhak menjadi penggantinya. Satu diantara kesesatan Syiah, yaitu membangkitkan fanatisme buta terhadap keimamahan Ali bin Abi Thalib. Lalu bergulir menjadi sebuah akidah atau keyakinan di kalangan Saba’iyah atau para pengikut Abdullah bin Saba, seorang Yahudi dari Yaman pelopor akidah Syiah, bahwa keimamahan yang pertama dipegang oleh Ali bin Abi Thalib dan berakhir pada Muhammad bin Al Husain Al Mahdi. Inilah keyakinan di kalangan Syiah yang merukapan keyakinan sesat. Kalangan Syiah meyakini hal itu sebagai bentuk aqidah Ar-raj’ah. Propaganda Syiah sering melakukan kampanye atau penyatuan Sunni-Syiah, dengan tema Ukhuwah Islamiyah. Ini sebenarnya siasat kaum Syiah agar bisa diterima oleh kaum Sunni. Padahal di negara Iran sendiri, kaum Sunni tertindas dari berbagai segi, termasuk tidak diperbolehkan memiliki masjid sendiri. Setelah khalifah Utsman bin Affan wafat, umat Islam beramai membaiat Ali menjadi Khalifah. Ali banyak merombak pejabat masa pemerintahan Utsman, Karena pejabat di masa Utsman kebanyakan dari keluarga Utsman itu sendiri. Selain itu harta orang kaya yang pernah diberikan pada masa Utsman ditarik kembali. Karena kebijakan-kebijakan dari Ali pada masa itu, mengakibatkan perlawanan Gubernur dari Damaskus yaitu Muawiyah yang juga adalah saudara Utsman bin Affan sehingga pecah pemberontakan yang dikenal dengan perang Shiffin, antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyyah. Kemudian kedua belah pihak mengadakan tahkim atau kesepakatan. Karena tahkim tersebut tidak menyelesaikan masalah, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyyah, Syiah,dan Al Khawarij atau golongan yang keluar dari barisan Ali. Setelah Ali terbunuh oleh kaum Al Khawarij. Pemerintahan Yazid, Yazid itu anak Muawiyyah, Yazid naik tahta. Yazid menjalankan pemerintah bersifat Monarki atau kerajaan. Kekhalifahan diperoleh dengan cara kekerasan, diplomasi dan tidak dengan pemilihan suara terbanyak. Satu pendapat mengatakan bahwa yazid anak Muawiyyah dari Istri yang tidak sah sehingga kaum Syiah menentang Yazid menjadi khalifah. Saat Yazid naik tahta penduduk Mekkah dipaksa mengambil sumpah untuk setia padanya. Namun hanya dua orang yang tidak mau bersumpah, yaitu Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Kemudian pengikut Ali yang merupakan Syiah mengadakan konsolidasi kekuatan untuk melawan Yazid. Pada tahun 680M, Husein pindah dari Mekkah ke Kuffah di Iraq atas permintaan golongan Syiah, lalu mengangkat Husein menjadi khalifah. Dalam sebuah pertempuran di Kuffah, Husein terbunuh dan dimakamkan di Karbala, yang dimana sekarang kaum Syiah membuat kiblat ke arah Karbala itu.” Ustadz Khalid menjelaskan dengan detail tentang asal usul Syiah tersebut, kemudiah Ustadz Khalid mengambil tasnya dan membuka isi tas tersebut, lalu Ustadz Khalid membagikan buku panduan tentang bahanya Syiah. Dan disana tertara ada MUI nya berarti buku ini adalah buatan MUI. “di dalam buku itu sudah lengkap, tertara bahayanya Syiah, bagaimana cara menyikapinya, dll. Saya mau kalian bertiga mempelajarinya baik-baik, karena saya enggak bisa membahas itu semua dalam waktu dekat ini, sementara sekarang sudah jam 7, dan saya ada jadwal tausiyah di depok. Oke mungkin itu saja dari saya, sekiranya mohon maaf bila ada kata-kata yang salah datangnya dari saya dan hanya Allah lah yang mampu memputar balikkan isi hati. Wallahualam Bisshoab, wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh.” Ustadz Khalid menutup penjelasan tentang Syiah secara detail, lalu kami semua menjawab salam beliau dengan serentak.
Luqman membaca buku dari pemberian Ustadz Khalid, ia suka sekali dengan membaca karena membaca adalah jendela dunia. Hanya dalam waktu 1 hari Luqman sudah menghabiskan buku tersebut, bukan hanya buku yang diberikan Ustadz Khalid namun Luqman setiap ba’da shubuh selalu giat ke perpustakaan untuk membaca buku-buku, tetapi buku yang ia baca ini bukan buku-buku biasa, melainkan buku-buku karya Syiah. Mengapa Luqman membaca buku tersebut? Lantas apakah buku tersebut membawa manfaat? Entah atas dasar apa Luqman giat membaca buku-buku tersebut, namun yang pasti keimanan Luqman tidak akan luntur walaupun membaca buku-buku Syiah. Berbeda dengan Dzul, Dzul yang selalu menjaga aktifitasnya dengan olahraga, ia selalu bermain futsal bersama Santri-Santri, namun tak luput dari itu Dzul selalu memorojaah hafalannya, di Ponpes Daarul Hasanah baru ada 5 orang Santri yang sudah Hafidz yaitu Luqman, Dzul, Furqon, Aminah, dan satu lagi anaknya Kyai Mufthi yaitu Fathimah.
Lamunan Fahmi buyar karena Ustadz Yahya mengagetkannya, “wah Fahmi kenapa kamu bengong? Apakah engkau masih memikirkan Ayahmu?” tanya Ustadz Yahya, yang sedang berkeliling asrama. “enggak stadz, saya lagi mikirin Ibu, bagaimana perasaan Ibu stadz, Ibu saya dikhianati oleh Ayah. Coba Ibu masih ada mungkin Ayah nggk bakal seperti itu.” Tukas Fahmi. Ustadz Yahya tersenyum sambil mengelus kepala Fahmi, kemudian Ustadz Yahya menyerahkan sebuah brosur, “apa ini Ustadz?” tanya Fahmi, “baca saja dulu, baru berkomentar.” ujar Ustadz Yahya. Fahmi membaca brosur itu, dibrosur itu tertara nama yang sering ia lihat di televisi swasta, yakni Rohmat Mamed. Rohmat Mamed sebagai narasumber di acara tersebut, acara tersebut bernamakan Seminar Dakwah Nusantara, “Ustadz mengapa memberikan ini, dan ini apa?” tanya Fahmi. Ustadz Yahya kembali tersenyum, “Ini adalah acara Syiah, Fahmi.” ungkap Ustadz Yahya, “lalu apa hubungannya dengan ku?” tanya kembali Fahmi dengan nada yang semakin membingungkan dirinya, “kamu, Luqman, dan Dzul akan menghadiri acara itu.” tukas Ustadz Yahya. Fahmi tersentak kaget, mengapa dirinya dan teman-temannya dilibatkan oleh acara orang-orang Syiah, sedangkan dirinya adalah Muslim atau Sunni , “Ustadz mengapa engkau mengajak kami untuk datang kesana?” Fahmi kembali bertanya, “supaya kalian bisa tahu apa itu Syiah secara mendalam, dan ingat keimanan kalian jangan sampai goyah, kalau sudah ikut acara seminar ini. Kalian sudah saya daftarkan kok, jadi persiapkan diri kalian tiga hari lagi, beritahu Luqman dan Dzul tentang ini, mengerti.” jelas Ustadz Yahya. Fahmi mengangguk mengerti. Ustadz Yahya meninggalkan ruangan asrama, untuk berkeliling asrama kembali.
Fahmi mengumpulkan Luqman dan Dzul di dalam kamar, mereka semua berdiskusi tentang ini, Luqman setuju untuk ikut serta dalam seminar ini, namun berbeda halnya dengan Dzul karena menurut Dzul nanti kita bisa terperangkap tipu muslihat Syiah, “endak bisa gitu Fahmi, Luqman. Kalian kan tau gimana cara berdakwahnya Syiah, pertama mereka akan mengajak kita untuk mencintai Ahlul bait, lalu mereka akan menceritakan kisah-kisah dusta, bagaiman Ahlul bait ditindas, hanya untuk menyentuh emosi dan membuat kita menangis, Luqman, Fahmi ini persoalan hati dan keimanan, kalau kita ikut seminar itu, sama saja kita menggadaikan aqidah kita.” ungkap Dzul. Dzul menjelaskan sambil menguraikan air mata, Luqman yang disampingnya langsung merangkul Dzul dan menjelaskan, “Dzul, kita ini adalah Santri, Santri yang selalu menegakkan amal ma’ruf dan mencegah nahi mungkar, Allah menguji kita nih saat ini, ini adalah nahi mungkar kita di pondok kan kita selalu mengerjakan amal ma’ruf nah sekarang lah saatnya untuk mengerjakan nahi mungkar tersebut.” jelas Luqman. Dzul pun berdiri dan memeluk sahabatnya, dan Dzul berjanji bahwa ia akan ikut serta di seminar itu, karena ridha Allah. “oke, kalian semua setuju untuk ikut, kita akan berangkat tiga hari lagi, Luqman dan Dzul mengangguk, “jadi apa rencana kita sekarang?” tanya Dzul. Fahmi tersenyum manis, Luqman langsung membuka buku yang ia bawa, dan mereka pun berdiskusi sampai larut malam.
Terlihat cahaya dari ufuk timur, menyinari Pesantren. “gimana yang lain udah pada siap belum?” tanya Ustadz Yahya, “tunggu sebentar stadz, mereka masih pada di asrama, saya panggilin dulu ya.” jawab Fahmi, Ustadz Yahya mengangguk. Kemudian mereka sudah rapih dan siap untuk berangkat, “kalian diantar sama Supir ya, saya nggk bisa ngantar karena ada acara yang harus diselesaikan.” ungkap Ustadz Yahya, mereka mengangguk, “Ustadz tunggu, kalau nanti kami di tangkap gimana?” tanya Dzul, “kalian tinggal kabur heheh.” jawab Ustadz Yahya sambil terkekeh, “selama kalian masih berpegang teguh sama Allah, InshaAllah, Allah akan membantu kalian, walaupun masalah itu sebesar gunung, tapi kebaikan Allah sebesar alam semesta dan isinya. Ingat kalian tidak tahu apa yang Allah rencanakan, tugas kalian hanya menjalankan apa yang diperintahkan, ini adalah salah satu dakwah untuk menegakan agama Allah.” jawab Ustadz Yahya sambil memberi motivasi untuk menjalankan agama Allah. Mobil pun berangkat, Luqman, Dzul, dan Fahmi tidak lupa melambaikan tangan, dan mengucapkan salam.
Sampailah mereka di depan Gedung Trilanka, disana mereka melihat laki-laki berlalu lalang, ada yang memakai peci songkok tetapi peci songkok tersebut tidak seperti dikenal umumnya di Indonesia, peci songkok tersebut seperti songkok Arab hanya saja warnanya hitam, ada pula yang memakai jubah serba hitam. Luqman sudah mengenali itu, karena ia membaca buku yang di berikan Ustadz Khalid, bagaimana cara berpakaian ala Syiah, dan terbukti apa yang dikatakan buku itu benar. Kemudian mereka berjalan ke depan pintu masuk gedung, Satpam yang menjaga pun langsung menstop mereka bertiga, “siapa nama kalian?” tanya Satpam. “Nama saya Abu, ini Wahab,dan itu Khan” jawab Luqman, kemudian satpam itu melihat ke buku daftar tersebut nama ketiga orang ini ada didalamnya, lalu Satpam mempersilahkan masuk mereka bertiga. Dzul masih heran kenapa namanya diganti dengan Wahab, mengapa tidak diganti dengan nama John atau Obi saja, pikir Dzul. Semua orang yang menghadiri seminar tersebut sudah berkumpul di aula gedung. “Selamat Pagi, salam sejahtera kepada kita semua, semoga Tuhan melimpahkan kebaikan kepada kita, pertama-tama saya akan memperkenalkan diri, nama saya Abu Kaslan, saya sebagai pembawa acara di acara yang suci ini, langsung saja kita akan menarasumberi Bapak Rohmat Mahmed, ia akan memberikan siraman rohani sekaligus memberikan tameng kepada kita, , untuk Bapak Rohmat dipersilahkan.” ujar pembawa acara tersebut. Bapak Rohmat adalah Pendeta dari Iran dan menyamar menjadi Artis supaya bisa masuk mendakwahi Orang-orang indo ini yang suka sekali dengan ketenaran atau dunia Artis, ia mempunyai tiga darah campuran yaitu Arab, Iran, dan Balikpapan. Ia terkenal karena Ayahnya seorang penyanyi Rohani bernama Ali Mahmed. “Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-Saudara, kita semua adalah satu ikatan. Seperti ukhwah islamiyah, tapi ingat Saudara-Saudara kita sedang di Indonesia, negeri ini masih banyak muslimnya yang taat. Oleh karena itu kita masih berdakwah secara diam-diam.” Rohmat menerangkan tentang persaudaraan Syiah tersebut. “saya hanya mengingatkan kepada kalian semua bahwa Aisyah itu adalah pendusta dan pezina. Semoga Allah membakarnya di neraka, dialah penyebab Rasulallah wafat, dia yang meracuni Rasulallah hingga wafat. Semoga laknat selalu menyertainya.” Rohmat menjelaskan tentang Syiah sambil memfitnah Aisyah dan melaknatnya, kemudian Rohmat mengeluarkan kitab yang lumayan tebal bernama Ma’rifat Rijal dan Rohmat mengolok-ngolok, menghina mencaci maki Sahabat-sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman. setelah selesai itu semua, Rohmat menyudahi ceramahnya itu ia pun memberikan mic kepada Pembawa Acara. “tepuk tangan yang meriah untuk Saudara kita Bapak Rohmat.” ujar Abu. Tepuk tangan yang meriah diberikan untuk Rohmat, bahkan ada Orang yang bertepuk tangan sambil berkata laknat Aisyah, Laknat Abu Bakar, Umar, Utsman. Namun, tidak dengan Dzul, dan juga Fahmi, justru mereka geram mendengarkan ini dari awal, sementara Luqman dari tadi berdzikir menyebut nama Allah dari awal masuk sampai sekarang. “Yak terima kasih kepada Bapak Rohmat sebagai narasumber. Oke sekarang waktunya sesi tanya jawab, apakah ada yang ingin bertanya?” tanya Abu. Hanya ada satu orang yang ingin bertanya, yaitu Luqman, semua orang yang berada di aula tertuju matanya melihat Luqman, Luqman tidak hanya mengangkat tangan namun, ia berdiri dengan tegap sambil melotot ke arah Abu Kaslan. “yak, oke anda yang berada di ujung sebelah kiri, ingin bertanya apa?” tanya Abu. Luqman tersenyum sambil mengambil mic yang di berikan oleh Abu, kemudian Luqman mengucapkan basmallah agak pelan, “assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh perkenalkan nama saya Luqman.” Luqman memberikan salam, namun tidak ada yang menjawab hanya saja terdengar beberapa orang yang menjawabnya. Fahmi yang tanpa komando langsung berdiri dan pergi ke bagian samping panggung, ia menyiapkan kamera untuk merekam itu semua. Luqman mengeluarkan kitab yang tebal bernama Al Ghibah, “Pak Rohmat, bapak punya kan kitab ini?” tanya Luqman. Rohmat mengangguk sambil menunjukan kitabnya itu yang memang ia bawa kemana-mana, “begini Pak Rohmat, di dalam kitab ini ada di sebutkan tentang beberapa wasiat Rasul kepada imam Ali. Benarkan Ustadz?” tanya Luqman. “halaman berapa memangnya?” tanya kembali Rohmat. “halaman 150 no 111” jawab Luqman, “sebentar saya lihat.” ujar Rohmat, “ya, benar. Lalu apa yang ingin ditanyakan dari wasiat yang mulia ini?” tanya Rohmat. “masih berlakukah wasiat ini Pak Rohmat?” tanya kembali Luqman. “tentu, sampai hari kiamat.” ujar Rohmat. “di dalam kitab ini Rasul berwasiat, yaa ‘alliy anta washiyyi ‘ala ahli baiti hayyihim wa mayyitihim wa ‘ala nisa-i. Fa man tsabbattuha laqiyatniy ghdan, wa man tholaqtuha fa ana baru-un minha.” Luqman menerangkan secara detail, “benarkah ini Pak Rohmat?” tanya Luqman. “bagaimana kamu mengartikan kalimat wasiat itu.” Tanya kembali Rohmat. Luqman tersenyum, “isi wasiat ini adalah wahai Alli engkau adalah washiy ahlul baitku (penjaga ahlul bait) baik itu yang masih hidup maupun yang sudah wafat antara mereka, dan juga istri-istriku. Siapa diantara mereka yang aku pertahankan, maka dia akan berjumpa denganku kelak. Dan barang siapa yang aku ceraikan maka aku berlepas diri darinya, ia tidak akan melihatku dan aku tidak akanmelihatnya di padang mahsyar. Benarkah ini Pak Rohmat?” tanya Luqman, “benar ini wasiatnya.” Jawab Rohmat, “yang ingin saya tanyakan, apakah Aisyah istriRasulallah itu pernah dicerai oleh Rasulallah?” tanya Luqman. Rohmat menggeleng, “apakah Aisyah di pertahankan Rasulallah sampai Rasulallah wafat?” tanya kembali Luqman. “hmm, ya benar” ucap Rohmat. “lalu kenapa tadi Pak Rohmat bilang Aisyah itu masuk neraka sedangkan dalam wasiat ini Aisyah tergolong orang yang masuk surga?” tanya Luqman. “hmmm, bukan seperti itu maksud dari wasiyat ini Mas Luqman. Hmm” ujar Rohmat dengan tingkah lakunya yang aneh. “entahlah Pak Rohmat tapi inilah isi wasiyat dari Rasulallah. Berarti wasiyat ini tidak lagi di anggap oleh orang Syiah sendiri ya Pak?” tanya Luqman. Orang-orang Syiah yang berada di sana geram mendengarkan pertanyaan Luqman, namun Pak Rohmat memberikan aba-aba untuk tenang. “kamu mau memberikan pertanyaan atau berdebat dengan saya?” tanya Rohmat. “saya hanya memastikan kebenarannya Pak, tapi mengapa Orang-rang Syiah demikian?” lanjut Luqman. “oooh tidak begitu, tapi bukan begitu cara menafsirkannya.” jawab Rohmat. Dan akhirnya Rohmat menjelaskan tentang penafsirannya tapi sedikitpun tidak masuk akal bahkan Orang-orang Syiah itu sendiri terlihat bingung mendengar penjelasan Pak Rohmat itu. Luqman melirik Dzul yang berada di sampingnya ia tersenyum puas. Kemudian Dzul mengambil mic yang di pegang oleh Luqman, “Pak Rohmat saya tidak faham penjelasan antum, mohon di ulangi Pak, hehe..” ujar Dzul kepada Luqman, memang iseng sekali Dzul kalau ada kesempatan bertanya seperti ini, “begini, begini. hmm, intinya hadist wasiyat ini dinilai oleh ahli ilmu Syiah dan tentunya berdasarkan ilmu hadist Syiah adalah lemah sekali bahkan sampai derajat palsu.” jawab Rohmat. ini adalah penjelasan yang keliru. Tadi katanya wasiyat ini sampai hari kiamat, sekarang menyatakannya sebagai hadist palsu. Luqman kembali memberi pertanyaan namun pembawa acara mengambil mic tersebut, Dzul langsung berdiri dan berkata kepada pembawa acara bahwa ia yang akan bertanya, pembawa acara memberikan mic ini kepada Dzul, “nama saya Dzul. Seperti yang saya pernah dengar bahwa Syiah menganggap bahwa Ali lah yang seharusnya menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulallah, apakah benar?” tanya Dzul. “ya benar sekali tetapi Abu Bakar rakus akan kekuasaan sampai-sampai dia berbuat kezaliman dan makar yang besar. Di ikuti pula oleh Umar dan Utsman.” jawab Rohmat. tidak sampai disitu Dzul kembali bertanya “apakah ada dalil yang menunjukan Ali sebagai orang yang dipilih Rasul menjadi khalifan sesudah wafatnya Nabi?” kembali bertanya Dzul. “tentu ada, hadist ghodir khum, ketika Nabi sedang menunaikan hadist wada’ disetai beberapa orang sahabat besar, Nabi berkata kepada Buraidah, hai Buraidah barangsiapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin.” jawab Rohmat dengan lugas. “Pak Rohmat, kalau saya tidak mengamalkan dan sengaja menolak apa yang diperintahkan Nabi, kira-kira apa hukuman buat saya Pak?” tanya Dzul. “Ya Mas Dzul bisa dihukumi kafir mendustakan Nabi.” ujar Rohmat. tanpa berpikir panjang Dzul langsung mengeluarkan kartu as pertanyaannya. “Astaghfirullah. Berarti Imam Ali pun telah kafir dalam hal ini Pak. Sebab dia tidak mengindahkan perintah nabi, jika memang ini dalil yang menunjukkan Ali sebagai khalifah. Bahkan Imam Ali membai’at Abu Bakar, maka Abu Bakar pun dihukumi kafir. Begitu juga Umar, Utsman dan semua para sahabat yang menyaksikan ketika itu semuanya kafir. Sebab yang menjadi pesan Rasul adalah man kuntu maulahu fa’aliyyun maulahu, siapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin. Benarkah bagitu Pak Rohmat? atau hadistnya palsu juga?” tanya Dzul yang membenarkan kembali fakta-fakta yang ada. “Hadistnya shohih, tapi bukan begitu juga maksudnya.” jawab Rohmat dengan gugup. Lalu Luqman berdiri dan meminta Dzul untuk duduk, “karena ini sesi tanya jawab maka saya ingin bertanya lagi, sebelum Pak Rohmat jelaskan maksudnya saya pengen tanya lagi biar kelar. Apakah setelah Imam Ali yang akan menjadi khalifah adalah anaknya Al Hasan?” tanya Luqman. “ya benar sekali. Tidak bisa kita pungkiri.” jawab Rohmat dengan mantap. “ada dalillnya? Shohih apa tidak?” tanya kembali Luqman. “ada, dalilnya shohih jiddan.” Jawab Rohmat. “bagaimana bunyinya?” Luqman kembali bertanya. “wahai Alliy engkau adalah khalifahku untuk umatku sepeninggalku, maka jika telah dekat kewafatanmu maka serahkanlah kepada anakku Al Hasan, hadist ini cukup panjang menjelaskan tentang 12 imam.” jawab Rohmat. “coba Pak Rohmat lihat kembali kitab al ghaibah yang tentang wasiat Rasul tadi. Tidakkah isinya sama dengan yang baru saja Bapak sebutkan?” tanya Luqman. “sebentar, oh iya sama.” jawab Rohmat. “bukankah tadi saat kita membahas tentang keberadaan Aisyah di surga, Bapak katakan hadist palsu? Tapi sekarang saat membahas tentang dalil kekhalifahan Ali dan Hasan malah Bapak balik katakan hadist ini shahih Jiddan?” Luqman memeperkan segala fakta yang terjadi tadi, karena Rohmat telah keliru dengan persepsi dirinya dan juga persepsi Orang-orang Syiah. Raut wajah Rohmat sudah mulai tak karuan, yang tadinya senyum-senyum sendiri, sekarang mulai terasa canggung, pembawa acara mau menutup sesi tanya jawab tapi malu, karena bukan saja yang datang dari Syiah, ada juga beberapa orang yang ingin masuk Syiah, jadi kalau sesi ini langsung di tutup, pasti mereka akan protes karena Syiah tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Kemudian Luqman kembali bertanya “Pak Rohmat, saya pernah dengar dari Guru-guru saya, bahwa Syiah itu suka taqiyah. Apakah ini bagian dari taqiyah?” tanya Luqman yang membuat sebagian Orang-orang Syiah terkejut. Dzul yang dari tadi tersenyum lantas langsung berdiri menemani Luqman, “Pak Rohmat, akuilah bahwa Aisyah ra adalah penghuni surga, Abu Bakar khalifah pertama, Umar kedua, Utsman ketiga, Ali ke empat. Kita semua mencintai ahlul bait Pak. Ali juga setia kepada kepemimpinan Abu Bakar. Umar, dan Utsman. dan Ali sangat mencintai ketiga sahabatnya. Bahkan sampai-sampai nama anaknya Ali dari istrinya yang lain diberi nama Umar, Abu Bakar.. apakah Bapak mau menafikan itu semua?” tanya Dzul dengan pemikiran logika yang dasar. “ hmm, kalian bukan bertanya, melainkan ingin debat kusir dengan saya.” ujar Rohmat. “kami tidak debat kusir Pak, ini pertanyaan, dan saya hanya menambahkan.” ucap Dzul. “sepertinya kalian sudah tau semua.” ujar Rohmat. “oh berarti Bapak mengakui kebenaran ini?” tanya Luqman yang langsung mengambil mic dari Dzul. “Allahu a’lam.” jawab Rohmat. Rohmat langsung pergi meninggalkan aula, ia berbisik kepada pembawa acara, kemudian langsung berbalik ke arah pintu keluar. “okeh, tadi Bapak Rohmat bilang bahwa dia ada acara lagi di tempat lain, dan mungkin pertanyaan tadi di simpan terlebih dahulu. Sekarang saatnya kita makan-makan.” Ujar pembawa acara, sambil melotot kearah Luqman dan Dzul, ternyata banyak juga Orang-orang yang kecewa dengan sikap Rohmat yang tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Luqman, Dzul, dan Fahmi langsung keluar aula gedung. Luqman dan Dzul tidak sabar untuk memberi tahu Ustadz Yahya, sementara Fahmi tidak sabar untuk mengupload video yang tadi ia rekam, dari awal sampai sesi debat itu berakhir. Fahmi merekam memang dari awal, ia menyembunyikan kameranya di balik kemeja, jadi tak heran jika nanti di Youtube ada versi fullnya.
Ustadz Yahya tersenyum melihat video yang sudah viral di medsos, youtube, bahkan tv Nasional, video itu berjudul ‘Santri mematahkan pendapat Pendeta Syiah.’ Fahmi yang mengirim video itu langsung di youtube, Facebook dan media sosial yang lainnya, penontonnya sudah mencapai 50juta, dan di share sebanyak 7juta kali, ini adalah viral terbesar sepanjang sejarah ucap Fahmi.
Brakk, terdengar suara pukulan yang begitu keras, “pokoknya saya gak mau tau, bunuh ketiga anak itu, atau tangkap dia. Bagaimanapun caranya, mengertii!!” ucap salah seorang yang berjubah hitam yang ternyata ia adalah Pendeta Syiah terbesar di Indonesia, selain Rohmat. seisi ruangan terdiam, di dalam ruangan itu terdapat meja yang berubentuk budar yang bisa berisi 10 sampai 20 orang. namun,hanya ada 5 orang yang mengisi meja bundar itu dan 3 orang penjaga di dekat pintu. “mungkin kita ada cara lain Pendeta selain membunuhnya.” ucap salah satu diantara mereka. “tidak ada cara lain, selain membunuh mereka, merekalah yang menggagalkan rencana kita.” jawab Pendeta Syiah. Seisi ruangan hening kembali sejenak, “siapa yang setuju angkat tangan.” tanya Pendeta. Yang mengangkat tanan hanya 4 orang termasuk Pendeta itu sendiri, namun tidak dengan salah seorang diantara mereka. “mengapa kamu tidak mengangkat tangan? Apakah kamu tidak setuju dengan rencanaku?” tanya pendeta kepada Orang itu, “ia, saya tidak setuju, dan saya tidak pernah setuju, untuk membunuh Anakku.” jawab orang itu. Pendeta tersenyum sinis dan langsung memberi aba-aba kepada Penjaga yang didekat pintu untuk menangkap Orang ini. Diseretlah ia keluar dan di pukuli. “konsekuensi, mau keluarga, teman, sahabat, bahkan tuhan pun sekalian, siapapun yang mau menggagalkan rencana kita, kita harus singkirkan. Brad kirim Orang untuk membunuh ketiga Santri itu.” ujar Pendeta Syiah, Orang yang dipanggil Brad itu mengangguk, dan langsung keluar.
Fahmi yang sedang melamun buyar seketika, ketika mendengar panggilan dari Dzul, Dzul memanggilnya lewat speaker pesantren, jadi Fahmi sedikit kaget dengan suara yang lumayan keras itu. Dzul memanggil Fahmi untuk datang ke kantor Guru sekarang juga. Di kantor Guru sudah ada Luqman, Ustadz Yahya, dan juga Ustadz Khalid. Ustadz Khalid takjub dengan mereka bertiga, yang berani sekali mematahkan pendapatnya didepan Orang-orang Syiah, itu sama saja kamu masuk ke kandang Anjing, canda Ustadz Khalid. Mereka berbincang lumayan lama sekita 2 jam, setelah itu Ustadz Khalid pamit pulang.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, dimana Santri-santri sudah disuruh tidur, namun tidak dengan Fahmi, ia masih saja mengurus projectnya di lab komputer Pesantren. Tiba-tiba datang seorang Santri mendekatinya, “wahh kak Fahmi, masih rajin aja nih, ngerjain apaan emang?” tanya Santri, yang memang kebetulan ia dapat jadwal harris atau jaga malam, “ia, ini ada tugasdari Ustadz Yahya, biasa urusan Pesantren.” jawab Fahmi. Fahmi memang bukan Santri biasa di sana, Fahmi dijadikan Sekertaris Pesantren karena ia pintar IT, rajin menulis, dan juga sangat gemar bekerja. “yasudah, saya keliling Pesantren lagi ya, nanti kalau ada apa-apa bilang saja kak.” Ujar Santri itu. Fahmi mengangguk sembari memberikan senyuman, lalu Santri itu pun pergi. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.35 menit, Fahmi yang dari tadi mengerjakannya pun sudah merapihkan dan siap untuk kembali ke asrama, Fahmi yang sedang membereskan peralatan-peralatan komputer tiba-tiba dikejutkan oleh Santri yang tadi, “Kak, ikut aku sini, aku lihat orang make baju item banyak banget, jalan ngendap-ngendap, di sekitaran Pesantren, walaupun di luar, tapi tetep aja curiga.” jelas Santri itu. Fahmi terkejut, dan Fahmi langsung menyuruh Santri itu untuk membangunkan Santri-santri yang pandai beladiri, Santri itu mengangguk. Fahmi langsung berlari ke asrama, kemudian Fahmi membangunkan Luqman dan Dzul yang sedang tidur, setelah mereka berdua bangun, Fahmi memberi tahu, lalu Luqman dan Dzul bersiap untuk menghadapi mereka. Sementara Fahmi pergi ke kamar Ustadz Yahya, disana ia membangunkannya seca halus, Ustadz Yahya membuka pintu, dan melihat Fahmi yang ngos-ngosan. “assalamualaikum stadz, anu, itu di sekitar pesantren, banyak Orang make baju item-item, ngecurigain banget.” jelas Fahmi yang nafasnya tersegal-segal. Ustadz Yahya terkejut, tapi ia sudah menyadari, pasti ini perbuatan mereka. Luqman, Dzul dan para Santri yang jago beladiri sudah berada di gerbang utama, mereka melihat Orang-orang berbaju hitam ini di depan gerbang pula, sepertinya ini akan terjadi pertarungan. “teman-teman, Santri. Walaupun kita hanya berjumlah 8 Orang, sedangkan mereka berjumlah 10 Orang, kita tak akan tegar, ingat Saudara-saudara, kalau pun kita mati, maka ini akan menjadi mati Syahid kita, jadi jangan takut mati, karena kita sedang membela Agama Allah, kita menjaga Pesantren ini dengan damai. Allahuakbar.. Allahuakbar, takbir.” ungkap Luqman dengan semangat yang membara. Dzul dan para Santri pun ikut takbir, serang, ucap salah satu diantara orang berbaju hitam, serang ucap Luqman dengan semangat. Pertarungan sengit pun terjadi, dimana Luqman, Dzul dan para Santri melawan Orang-orang yang tak dikenal itu, satu Orang Santri tumbang ia terjatuh, Orang yang melawannya pun mengeluarkan pisau dari balik bajunya, dan menyandera Santri yang terjatuh itu, Luqman yang sedang bertarung pun menghentikan pertarungannya, dan ia berjalan ke arah Orang yang menyandera Santri itu, “Mundur, atau gw gorok nih Orang.” Ucap Orang yang menyandera Santri tersebut. “hmm, apakah kalian datang untuk menjemputku? Aku adalah Luqman yang membantah Pendeta Syiah itu.” jelas Luqman. Salah satu diantara mereka berkata “serahin diri loe atau nih sandera kite bunuh.” berujar salah seorang dari mereka, “tuker saja, saya dengan sandera itu.” jawab Luqman dengan tegas, kemudian Luqman berjalan kehadap Orang yang menyandera Santri tersebut, tanpa berpikir panjang Santri itu dibebaskan dan Luqman ditangkap, pisau itu menempel di leher Luqman. Orang yang menyanderanya berkata “apakah ada kalimat terakhir yang ingin lo sampaikan?” tanya si penyandera. “ada” jawab Luqman dengan pendek. “apa itu?” tanya kembali. Luqman langsung mengigit tangan si penyandera, dan langsung mematahkan bagian tangannya, lalu menendang bagian ulu hatinya, terjatuhlah penyandera tersebut, kemudian datanglah Ustadz Yahya bersama Polisi, ditangkap lah kesepuluh Orang itu, ada yang ingin kabur tetapi tidak bisa karena banyak Santri yang menjaga disana, ternyata para Santri dibangunkan oleh Fahmi, suruhan Ustadz Yahya, karena pasti Orang-orang itu akan pergi melarikan diri. Sementara itu kesepuluh Orang itu di introgasi, dan ditanya siapa yang menyuruhnya.
Polisi menangkap Pendeta Syiah beserta gembong gembongnya, karena ia mendapatkan kesalahan di dua Pasal, yang pertama Pasal 340 tentang pembunuhan berencana dan akan disidang bisa dihukum mati atau maksimal penjara 20 tahun, Pasal yang kedua yaitu Pasal tentang ajaran sesat, yaitu Pasal 156a KUHP bukan Pasal 159 sebagaimana ditulis sejemlah media. Sementara itu polisi menemukan Orang yang sedang disalib, bercucuran darah di tempat Pendeta Syiah tersebut, setelah di periksa ternyata masih hidup, lalu dilarikan ke Rumah Sakit.
Ayah Fahmi membuka mata sudah banyak sekali Orang di ruangan Rumah Sakit itu, disana ada anaknya Fahmi, Luqman, Dzul, Kyai Mufthi, serta keluarga dari dia, keluarga dari ibunya. Ayah Fahmi menangis haru dan tak tahu harus bagaimana lagi, ia ingin kembali kejalan yang benar, ia ingin kembali ke Tauhid Allah sang pencipta, yan tidak oernah tidur, yang selalu menerima taubat, dan sang pemberi Rahmat. “Ashadu Alla Illa Haillallah Wa Ashadu Ana Muhamadan Rasullah, Saya bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah” Alhamdulillah akhiranya ayah taubat ucap Fahmi yang langsung memeluk Ayahnya. Hidayah adalah bentuk kasih sayang terhadapat hambanya, Ayahnya Fahmi mendapatkan Hidayah karena Allah, dan semoga Allah memberikan kita selalu Hidayahnya, karena jika kita sudah percaya kepada Allah, maka dunia ini hanyalah kecil.
Allahummah-dini’ wa saddidni. Allahumma inni’ asalukal Huda’ was Sadada. Ya Allah, berikanlah aku Hidayah dan keteguhan. “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada Mu hidayah dan keteguhan.” (HR. Muslim)
(cerita hanya fiktif, namun pasti, InshaAllah bermanfaat. Wallahualam bisshowab.)
Luqman seorang Santri yang taat kepada Allah dan Rasulnya,Luqman dibesarkan di sebuah Pesantren yang berada di perkampungan malang, Jawa Timur. Nama Pesantrennya ialah Ponpes Daarul Hasanah. Pimpinan Ponpes tersebut bernama Kyai Mufthi, dikenal seorang yang Tawadhu atau rendah hati dan juga sikapnya yang penyabar selain itu Kyai Mufthi adalah orang yang haus akan ilmu.
Pada hari minggu Ponpes sangat ramai dikarenakan Santri-santri banyak yang di mudif atau perjengukan namun, berbeda halnya dengan Luqman, Santri yang lain banyak di mudhif tapi kalau Luqman memanfaatkan waktu mudhif itu untuk mencuci, saat sedang asyik mencuci pakaian, Ustad Romli memanggil Luqman, Ustadz Romli adalah Musyrif, atau wali asrama Banin, “Luqman taal.”ucap Ustadz Romli dengan gaya bicaranya yang khas, Luqman yang dari tadi asyik mencuci pun langsung memberhentikan pekerjaan tersebut, “naam stadz, ada apa?” Luqman bertanya heran tidak biasanya Ustadz Romli memanggilnya ketika hari mudhif “kamu enggak tau, kenapa saya memanggil kamu?” tanya Ustadz Romli sambil mengerutkan dahi, “enggak tau stadz, ane daritadi nyuci tuh liat pakaian numpuk, lagi pula tumben-tumbenan Ustadz manggil ana ada apa Ustadz?” balas Luqman sambil menunjuk pakaian yang belum selasai di cuci, “Luqman, saya manggil karena kamu di panggil sama Kyai Mufthi di rumah beliau, sekarang kamu beresin dulu cuciannya baru nanti kamu ke rumah Kyai ” dengan nada yang lembut Ustadz Romli menyampaikan amanat dari Kyai Mufthi, “Naam stadz.” Luqman langsung bergegas dan mengiyakan, Ustadz Romli pun kembali ke kantor Guru karena masih banyak tugas yang harus dikerjakan, setelah selesai membereskan pakaiannya Luqman langsung pergi menuju rumah Kyai, memang rumah Kyai Mufthi tidak jauh dari asrama Banin jaraknya hanya sekitar 25meter.
Luqman datang tidak sendirian ia selalu minta ditemani oleh sahabat karibnya dari Ibtidaiyah bernama Dzul, ketika sampai di rumah Kyai Mufthi ada seorang yang sedang berbincang dengan Kyai, Luqman sangat mengenalinya, dia adalah Fahmi seorang santri yang keluar setelah lulus Tsanawiyah, Fahmi keluar karena suruhan orang tuanya untuk belajar di Jakarta, namun apa boleh buat Fahmi hanyalah anak yang mentaati perintah kedua orang tuanya. “Assalamualaikum.” Sapa Luqman dan Dzul dengan bebarengan, “Waalaikumsalam.” Jawab Kyai dan Fahmi, “eh nak Luqman, ayuk sini duduk ada nak Dzul juga, yowes monggo duduk.” Kyai mempersilahkan Luqman dan Dzul duduk, dengan kesederhannya seorang Kyai Mufthi, “Enjeh pak yayi” jawab Dzul yang memang suka sekali nyeleneh kalau ngomong, “Jadi, maksud saya memanggil kalian kesini adalah untuk membantu nak Fahmi, karena nak Fahmi sedang ada masalah yang lumayan rumit, kamu bersedia kan? “ tanya Kyai, “enjeh Kyai, ana mau saja tapi apa ana boleh tau apa itu masalahnya?” dengan nada yang sopan Luqman bertanya dengan santun, “gini, jadi nak Fahmi ada masalah keluarga, masalahnya ialah Bapaknya nak Fahmi ikut aliran sesat yaitu Syiah.” Kyai Mufthi menerangkan sembari menjelaskan tentang syiah, Luqman dan Dzul terkejut dengan pemaparan Kyai Mufthi, selama ini Luqman mengenal Ayah Fahmi sebagai seorang Dosen di salah satu universitas ternama di Jawa Timur, namun bisa-bisanya Ayah Fahmi mengikuti aliran sesat tersebut. “Gimana, kamu mau membantu nak Fahmi ndak? Boleh kamu membawa Dzul, sembari dia belajar.” ucap Kyai, “Sadhela Kyai, ana sholat istiqhoroh dulu mungkin Kyai, berikan batasan minimal seminggu Kyai.” Nada halus yang diucapkan Luqman membuat Kyai, dan Fahmi mengiyakan, “afwan Kyai, ana sih setuju-setuju saja untuk ikut, tapi bagaimana ya kita ke Jakarta sementara kita mau menghadapi ujian Pondok dan juga ujian Nasional.” Dzul mengucapkan perkataannya dengan grogi, karena ia sadar bahwa ia bukan siapa-siapa diantara mereka, “pertanyaan bagus dari nak Dzul, kalau kalian berhasil mendebatkan para Syiah, kalian tak perlu ujian Pondok lagi, karena kalian sudah mendapatkan nilai dari ilmu mantiq mengerti toh?” ujar Kyai Mufthi, “njeh Kyai.” Jawab Luqman dan Dzul. “Yasudah, nak Fahmi mau kan nunggu di Ponpes ini 3 hari dulu, karena nak Luqman sama nak Dzul ingin sholat istiqhoroh dulu.” tanya Kyai, “njeh Kyai, gapapa ane juga mau ngerasain lagi mondok disini.” tantang Fahmi dengan semangat yang menggebar, Luqman dan Dzul pun tertawa karena melihat gayanya yang masih sama saja seperti dulu, mereka pun pamit kepada Kyai untuk kembali ke asrama. Bu Nyai keluar sambil membawa minuman kepada mereka namun mereka sudah pergi, “lho kok udah pada pergi sih bah? Mau dibawain minuman tapi pergi piye iki?” tanya Bu Nyai dengan nada yang khas sekali dengan Jawa, “hehehe mereka ingin kembali bersama seperti dulu kala waktu jaman tsanawiyah dulu hehehe” jawab Kyai sambil cengengesan, “yowes nih minuman gimana?” kembali bertanya Bu Nyai, “kasih tukang di belakang aja mi.” jawab Kyai sambil meminum kopi hitamnya, “yowes.” Bu Nyai mengiyakan dan kembali ke dalam rumah sambil membawa sampan yang berisikan tiga minuman.
Matahari sudah beranjak tiba, bak permata yang menyinari pantai, keadaan seperti ini yang didambakan setiap Santri, dimana waktu ini adalah yang paling tepat untuk sholat dhuha, Luqman yang selalu menghadirkan sholat dhuha di dalam qalbunya, dan ia juga selalu mengerjakan amal-amalan sunnah yang lain. “Luqman, come on kita gak boleh ketinggalan bis.” Dzul mengagetkan Luqman yang sedang berdoa, “iya sabar toh Dzul, lagi berdoa ini.” ucap Luqman santai, “yowes, aku tunggu di depan gerbang ya, disana udah ada Fahmi, Kyai, Bu Nyai dan jangan lupa ada Fathimah juga, wahhh.” goda Dzul, Luqman langsung menggibas Dzul dengan tangannya. “huss, hus, sana.” Luqman mengusir Dzul secara halus. Luqman berjalan ke arah gerbang sambil membawa tas gendong miliknya, ia melihat di sana ada Ustadz Romli, “wah Luqman sudah gagah ya,” puji Ustadz Romli, Luqman tersenyum namun Dzul dan Fahmi tertawa bahagia melihat temannya yang selalu berpakaian sederhana bahkan tidak mempedulikan penampilannya, karena Luqman memang orangnya seperti itu, apa adanya. “oke, kalian sudah disini, saya hanya memberi nasihat sedikit kepada antum semua, yang pertama jangan pernah melupakan Allah, karena orang yang melupakan Allah, nanti juga akan dilupakan oleh Allah, jadi kalau kalian mempunyai masalah jangan pernah lupa minta sama Allah, hadirkan di hati kalian itu Allah, mengerti?” tanya Kyai, mereka semua mengangguk, “yang kedua, jangan pernah meninggalkan sholat tahajjud, sholat shubuh berjamaah, dan jangan pernah meninggalkan puasa sunnah, karena Nabi bersabda, Setiap sesuatu ada zakatnya. Sedangkan zakat bagi jasad[7] adalah puasa, dan puasa adalah separo dan sabar, mengerti?" Kyai menjelaskan dengan nada ceramah yang ia suka lakukan, karena memang Kyai Mufthi dikenal juga sebagai penceramah tersohor di Jawa Timur, “njeh Kyai.” jawab dengan mantap Luqman, Dzul, dan Fahmi. “Ustadz ada masukan nggk?” tanya Kyai, “hmm iya InshaAllah ada Kyai, kalian jangan pernah anggap remeh doa. doa adalah perisai yang sangat ampuh, mengerti?” tanya Ustadz Romli. Luqman, Dzul, dan Fahmi mengagguk serempak. “yasudah sekarang kalian naik angkot yang menuju ke terminal bis, kalau misalnya urusan biaya saya sudah memberi sedikit bantuan, dan uangnya ada di nak Fahmi.” ujar Kyai. “Nuhun, Kyai” jawab Luqman, Dzul, dan Fahmi yang daritadi menjawab serempak. Mereka pamit dan pergi kedepan naik angkot, setelah mendapatkan angkot mereka melambaikan tangan ke arah Kyai, Bu Nyai, Ustadz Romli, dan juga Fathimah, Fathimah tersenyum manis, Luqman pun demikian.
Bus arah jakarta banyak sekali, jadi Luqman dan kawan-kawan tidak pusing untuk mencari bus yang ke arah jakarta, mereka pun akhirnya menemukan bus yang ingin berangkat, sambil berlari-lari kecil untuk menaiki Bus tersebut, usaha mereka tidak sia-sia karena masih ada3 tempat duduk yang kosong, walaupun tempat itu berada di paling belakang. Bus akhirnya berjalan dengan santai, walaupun sekarang masuknya hari kerja di Malang ini tidak mengenal hari, disini selalu ramai setiap hari. 18 jam waktu yang ditempuh Malang-Jakarta, dan akhirnya sampai di terminal Kp. Rambutan, disana mereka disambut oleh Ustadz Yahya, Ustadz Yahya adalah seorang Ustadz yang sederhana, namun mempunyai Pesantren dhuafa atau yatim piatu, Fahmi selama dua tahun tinggal disana. Atas izin Allah, Ustadz Yahya membantu Fahmi sampai sekarang ini, “Assalamualaikum, Ustadz” salam Fahmi, Luqman, dan Juga Dzul, “Waalaikumsalam, ayok langsung masuk ke mobil” Ustadz Yahya mengajak mereka untuk masuk kedalam mobil, didalam mobil, Ustadz menceritakan pengalaman bagaimana ia bertemu Fahmi, yang ia temukan sedang tidur di masjid, dan Ustadz Yahya mengajak Fahmi untuk tinggal di Pesantrennya. Luqman dan Dzul tertawa gembira, mendengarkan cerita tentang sahabatnya yang ditemukan itu. Mobil masuk menuju suatu tempat di daerah kawasan Jakarta Selatan ini, “Selamat datang di Pesantren yang sederhana ini.” ujar Ustadz Romli, “Subhanallah, indah ini Ustadz” jawab Dzul. Pesantren Ustadz Yahya ini memang sederhana namun letak bangunan-bangunan ini tertata dengan rapih, dan di tengah-tengahnya ada taman, yang dihiasi oleh bunga-bunga berwarna. “ini semua pemberian Allah, dan ini semua hanyalah titipan” balas Ustadz Yahya. Setelah turun dari mobil, Fahmi mengantarkan kedua sahabatnya ini ke kamarnya, “nah ini dia kamarnya” ujar Fahmi, “wahh keren ini” jawab spontan Dzul yang lari langsung ke kasur, “huss, Dzul yang sopanan dikit, ini di kamar orang.” balas Luqman yang memang menjaga sekali kesopanannya, “enggak apa-apa, anggap saja ini asrama kalian, kita ini kan saudara, saudara seiman dan perjuangan.” ujar Fahmi sambil tersenyum, Luqman mengangguk sambil tersenyum takjub, karena ia masih berpikir bagaimana mungkin Fahmi yang dulu bandel namun sekarang berubah 180 derajat. “oke, sekarang kalian istirahat dulu, mau mandi, makan, kalau makan nanti ke dapur aja, dapurnya ada di belakang kamar ini. Mengerti?” ujar Fahmi sambil menirukan gaya Kyai Mufthi, Luqman dan Dzul pun dibawa ketawa oleh Fahmi.
Allahuakbar... Allahuakbar. Adzan shubuh berkumandang Luqman yang dari tadi membaca Al Qur’an di kamarnya langsung bergegas mengambil air wudhu kembali, Dzul dan Fahmi juga telah selesai memakan santapan sahurnya, dan mereka langsung menuju kamarnya untuk mengambil pakaian sholat. Luqman sudah menyelesaikan sahurnya sebelum Dzul dan Fahmi sahur, ia juga menyelesaikan sholat tahajjudnya sebelum Dzul dan Fahmi sholat tahajjud, inilah kebiasaan yang dilakukan oleh Luqman, ia berharap semoga Istiqomah dalam menajalankan sunnah Nabi ini, prinsip Luqman sangat baik, yaitu bangun sebelum orang lain bangun, belajar sebelum orang lain belajar, dan mandi sebelum orang lain mandi, intinya Luqman ingin menjadi orang yang pertama dalam hal ini, karena Imam Syafi’i selalu seperti itu, dan InshaAllah menjadi Istiqomah. Setelah sholat shubuh, para Santri membaca al-matsurat, Luqman, Dzul, dan Fahmi ikut serta juga di dalamnya. “Fahmi, ayo ajak Luqman dan Dzul, ajak mereka ke ruang media, disana juga sudah ada Ustadz Khalid, yang ingin berbagi ilmu tentang bahayanya Syiah.” ajak Ustadz Yahya, Fahmi mengiyakan dan mengajak Luqman dan Dzul untuk bergegas kesana, “sudah tidak usah ganti pakaian, pakai itu saja.” ujar Fahmi. Di ruang multimedia,Luqman, Dzul, dan Fahmi bersalaman dengan Ustadz Khalid, “perkenalkan ini Ustadz Khalid, beliau pernah menjadi Syiah, bukan menjadi Syiah beneran, tapi beliau ditugaskan oleh MUI, untuk menjadi Syiah, karena MUI ingin tahu apakah Syiah sesat atau tidak, untuk jawabannya kami persilahkan Ustadz Khalid menjawab.” Ustadz Yahya membuka topik perbincangan dengan hangat, “Bismillahirahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.” salam Ustadz Khalid, dan dijawab serempak. “pertama-tama Alhamdulilah, Allah mempertemukan kita disini dalam keadaan sehat wal alfiyat, aamiin ya rabbal alamin, kedua sholawat serta salam kepada Nabi besar kita Muhammad saw, beserta keluarganya, para sahabatnya tabiin-tabiin dan juga pengikutnya. Singkat saja kita sekarang ada di masa bagaimana Islam sedang di serang-serangnya, kita tidak membahas tentang yang lain tapi kita akan mengupas, salah satu ajaran sesat yang dimurkai oleh Allah swt, ialah Syiah laknatullah, yang harus kita ketahui adalah asal usul tentang syiah tersebut, kalian sudah tahu kan asal usul tentang syiah tersebut?” tanya Ustadz Khalid, mereka semua mengangguk. “ya, menurut teminologi kata Syiah tertuju kepada satu sekte atau firqah yang mengaku sebagai pengikut dan pendukung setia Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, sehingga menjadi nama yang khusus bagi mereka. Syiah adalah sekelompok orang yang menganggap pengganti Nabi saw merupakan hak istimewa keluarga Nabi, dalam hal ini Ali ra dan keturunannyalah yang berhak menjadi penggantinya. Satu diantara kesesatan Syiah, yaitu membangkitkan fanatisme buta terhadap keimamahan Ali bin Abi Thalib. Lalu bergulir menjadi sebuah akidah atau keyakinan di kalangan Saba’iyah atau para pengikut Abdullah bin Saba, seorang Yahudi dari Yaman pelopor akidah Syiah, bahwa keimamahan yang pertama dipegang oleh Ali bin Abi Thalib dan berakhir pada Muhammad bin Al Husain Al Mahdi. Inilah keyakinan di kalangan Syiah yang merukapan keyakinan sesat. Kalangan Syiah meyakini hal itu sebagai bentuk aqidah Ar-raj’ah. Propaganda Syiah sering melakukan kampanye atau penyatuan Sunni-Syiah, dengan tema Ukhuwah Islamiyah. Ini sebenarnya siasat kaum Syiah agar bisa diterima oleh kaum Sunni. Padahal di negara Iran sendiri, kaum Sunni tertindas dari berbagai segi, termasuk tidak diperbolehkan memiliki masjid sendiri. Setelah khalifah Utsman bin Affan wafat, umat Islam beramai membaiat Ali menjadi Khalifah. Ali banyak merombak pejabat masa pemerintahan Utsman, Karena pejabat di masa Utsman kebanyakan dari keluarga Utsman itu sendiri. Selain itu harta orang kaya yang pernah diberikan pada masa Utsman ditarik kembali. Karena kebijakan-kebijakan dari Ali pada masa itu, mengakibatkan perlawanan Gubernur dari Damaskus yaitu Muawiyah yang juga adalah saudara Utsman bin Affan sehingga pecah pemberontakan yang dikenal dengan perang Shiffin, antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyyah. Kemudian kedua belah pihak mengadakan tahkim atau kesepakatan. Karena tahkim tersebut tidak menyelesaikan masalah, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyyah, Syiah,dan Al Khawarij atau golongan yang keluar dari barisan Ali. Setelah Ali terbunuh oleh kaum Al Khawarij. Pemerintahan Yazid, Yazid itu anak Muawiyyah, Yazid naik tahta. Yazid menjalankan pemerintah bersifat Monarki atau kerajaan. Kekhalifahan diperoleh dengan cara kekerasan, diplomasi dan tidak dengan pemilihan suara terbanyak. Satu pendapat mengatakan bahwa yazid anak Muawiyyah dari Istri yang tidak sah sehingga kaum Syiah menentang Yazid menjadi khalifah. Saat Yazid naik tahta penduduk Mekkah dipaksa mengambil sumpah untuk setia padanya. Namun hanya dua orang yang tidak mau bersumpah, yaitu Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Kemudian pengikut Ali yang merupakan Syiah mengadakan konsolidasi kekuatan untuk melawan Yazid. Pada tahun 680M, Husein pindah dari Mekkah ke Kuffah di Iraq atas permintaan golongan Syiah, lalu mengangkat Husein menjadi khalifah. Dalam sebuah pertempuran di Kuffah, Husein terbunuh dan dimakamkan di Karbala, yang dimana sekarang kaum Syiah membuat kiblat ke arah Karbala itu.” Ustadz Khalid menjelaskan dengan detail tentang asal usul Syiah tersebut, kemudiah Ustadz Khalid mengambil tasnya dan membuka isi tas tersebut, lalu Ustadz Khalid membagikan buku panduan tentang bahanya Syiah. Dan disana tertara ada MUI nya berarti buku ini adalah buatan MUI. “di dalam buku itu sudah lengkap, tertara bahayanya Syiah, bagaimana cara menyikapinya, dll. Saya mau kalian bertiga mempelajarinya baik-baik, karena saya enggak bisa membahas itu semua dalam waktu dekat ini, sementara sekarang sudah jam 7, dan saya ada jadwal tausiyah di depok. Oke mungkin itu saja dari saya, sekiranya mohon maaf bila ada kata-kata yang salah datangnya dari saya dan hanya Allah lah yang mampu memputar balikkan isi hati. Wallahualam Bisshoab, wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh.” Ustadz Khalid menutup penjelasan tentang Syiah secara detail, lalu kami semua menjawab salam beliau dengan serentak.
Luqman membaca buku dari pemberian Ustadz Khalid, ia suka sekali dengan membaca karena membaca adalah jendela dunia. Hanya dalam waktu 1 hari Luqman sudah menghabiskan buku tersebut, bukan hanya buku yang diberikan Ustadz Khalid namun Luqman setiap ba’da shubuh selalu giat ke perpustakaan untuk membaca buku-buku, tetapi buku yang ia baca ini bukan buku-buku biasa, melainkan buku-buku karya Syiah. Mengapa Luqman membaca buku tersebut? Lantas apakah buku tersebut membawa manfaat? Entah atas dasar apa Luqman giat membaca buku-buku tersebut, namun yang pasti keimanan Luqman tidak akan luntur walaupun membaca buku-buku Syiah. Berbeda dengan Dzul, Dzul yang selalu menjaga aktifitasnya dengan olahraga, ia selalu bermain futsal bersama Santri-Santri, namun tak luput dari itu Dzul selalu memorojaah hafalannya, di Ponpes Daarul Hasanah baru ada 5 orang Santri yang sudah Hafidz yaitu Luqman, Dzul, Furqon, Aminah, dan satu lagi anaknya Kyai Mufthi yaitu Fathimah.
Lamunan Fahmi buyar karena Ustadz Yahya mengagetkannya, “wah Fahmi kenapa kamu bengong? Apakah engkau masih memikirkan Ayahmu?” tanya Ustadz Yahya, yang sedang berkeliling asrama. “enggak stadz, saya lagi mikirin Ibu, bagaimana perasaan Ibu stadz, Ibu saya dikhianati oleh Ayah. Coba Ibu masih ada mungkin Ayah nggk bakal seperti itu.” Tukas Fahmi. Ustadz Yahya tersenyum sambil mengelus kepala Fahmi, kemudian Ustadz Yahya menyerahkan sebuah brosur, “apa ini Ustadz?” tanya Fahmi, “baca saja dulu, baru berkomentar.” ujar Ustadz Yahya. Fahmi membaca brosur itu, dibrosur itu tertara nama yang sering ia lihat di televisi swasta, yakni Rohmat Mamed. Rohmat Mamed sebagai narasumber di acara tersebut, acara tersebut bernamakan Seminar Dakwah Nusantara, “Ustadz mengapa memberikan ini, dan ini apa?” tanya Fahmi. Ustadz Yahya kembali tersenyum, “Ini adalah acara Syiah, Fahmi.” ungkap Ustadz Yahya, “lalu apa hubungannya dengan ku?” tanya kembali Fahmi dengan nada yang semakin membingungkan dirinya, “kamu, Luqman, dan Dzul akan menghadiri acara itu.” tukas Ustadz Yahya. Fahmi tersentak kaget, mengapa dirinya dan teman-temannya dilibatkan oleh acara orang-orang Syiah, sedangkan dirinya adalah Muslim atau Sunni , “Ustadz mengapa engkau mengajak kami untuk datang kesana?” Fahmi kembali bertanya, “supaya kalian bisa tahu apa itu Syiah secara mendalam, dan ingat keimanan kalian jangan sampai goyah, kalau sudah ikut acara seminar ini. Kalian sudah saya daftarkan kok, jadi persiapkan diri kalian tiga hari lagi, beritahu Luqman dan Dzul tentang ini, mengerti.” jelas Ustadz Yahya. Fahmi mengangguk mengerti. Ustadz Yahya meninggalkan ruangan asrama, untuk berkeliling asrama kembali.
Fahmi mengumpulkan Luqman dan Dzul di dalam kamar, mereka semua berdiskusi tentang ini, Luqman setuju untuk ikut serta dalam seminar ini, namun berbeda halnya dengan Dzul karena menurut Dzul nanti kita bisa terperangkap tipu muslihat Syiah, “endak bisa gitu Fahmi, Luqman. Kalian kan tau gimana cara berdakwahnya Syiah, pertama mereka akan mengajak kita untuk mencintai Ahlul bait, lalu mereka akan menceritakan kisah-kisah dusta, bagaiman Ahlul bait ditindas, hanya untuk menyentuh emosi dan membuat kita menangis, Luqman, Fahmi ini persoalan hati dan keimanan, kalau kita ikut seminar itu, sama saja kita menggadaikan aqidah kita.” ungkap Dzul. Dzul menjelaskan sambil menguraikan air mata, Luqman yang disampingnya langsung merangkul Dzul dan menjelaskan, “Dzul, kita ini adalah Santri, Santri yang selalu menegakkan amal ma’ruf dan mencegah nahi mungkar, Allah menguji kita nih saat ini, ini adalah nahi mungkar kita di pondok kan kita selalu mengerjakan amal ma’ruf nah sekarang lah saatnya untuk mengerjakan nahi mungkar tersebut.” jelas Luqman. Dzul pun berdiri dan memeluk sahabatnya, dan Dzul berjanji bahwa ia akan ikut serta di seminar itu, karena ridha Allah. “oke, kalian semua setuju untuk ikut, kita akan berangkat tiga hari lagi, Luqman dan Dzul mengangguk, “jadi apa rencana kita sekarang?” tanya Dzul. Fahmi tersenyum manis, Luqman langsung membuka buku yang ia bawa, dan mereka pun berdiskusi sampai larut malam.
Terlihat cahaya dari ufuk timur, menyinari Pesantren. “gimana yang lain udah pada siap belum?” tanya Ustadz Yahya, “tunggu sebentar stadz, mereka masih pada di asrama, saya panggilin dulu ya.” jawab Fahmi, Ustadz Yahya mengangguk. Kemudian mereka sudah rapih dan siap untuk berangkat, “kalian diantar sama Supir ya, saya nggk bisa ngantar karena ada acara yang harus diselesaikan.” ungkap Ustadz Yahya, mereka mengangguk, “Ustadz tunggu, kalau nanti kami di tangkap gimana?” tanya Dzul, “kalian tinggal kabur heheh.” jawab Ustadz Yahya sambil terkekeh, “selama kalian masih berpegang teguh sama Allah, InshaAllah, Allah akan membantu kalian, walaupun masalah itu sebesar gunung, tapi kebaikan Allah sebesar alam semesta dan isinya. Ingat kalian tidak tahu apa yang Allah rencanakan, tugas kalian hanya menjalankan apa yang diperintahkan, ini adalah salah satu dakwah untuk menegakan agama Allah.” jawab Ustadz Yahya sambil memberi motivasi untuk menjalankan agama Allah. Mobil pun berangkat, Luqman, Dzul, dan Fahmi tidak lupa melambaikan tangan, dan mengucapkan salam.
Sampailah mereka di depan Gedung Trilanka, disana mereka melihat laki-laki berlalu lalang, ada yang memakai peci songkok tetapi peci songkok tersebut tidak seperti dikenal umumnya di Indonesia, peci songkok tersebut seperti songkok Arab hanya saja warnanya hitam, ada pula yang memakai jubah serba hitam. Luqman sudah mengenali itu, karena ia membaca buku yang di berikan Ustadz Khalid, bagaimana cara berpakaian ala Syiah, dan terbukti apa yang dikatakan buku itu benar. Kemudian mereka berjalan ke depan pintu masuk gedung, Satpam yang menjaga pun langsung menstop mereka bertiga, “siapa nama kalian?” tanya Satpam. “Nama saya Abu, ini Wahab,dan itu Khan” jawab Luqman, kemudian satpam itu melihat ke buku daftar tersebut nama ketiga orang ini ada didalamnya, lalu Satpam mempersilahkan masuk mereka bertiga. Dzul masih heran kenapa namanya diganti dengan Wahab, mengapa tidak diganti dengan nama John atau Obi saja, pikir Dzul. Semua orang yang menghadiri seminar tersebut sudah berkumpul di aula gedung. “Selamat Pagi, salam sejahtera kepada kita semua, semoga Tuhan melimpahkan kebaikan kepada kita, pertama-tama saya akan memperkenalkan diri, nama saya Abu Kaslan, saya sebagai pembawa acara di acara yang suci ini, langsung saja kita akan menarasumberi Bapak Rohmat Mahmed, ia akan memberikan siraman rohani sekaligus memberikan tameng kepada kita, , untuk Bapak Rohmat dipersilahkan.” ujar pembawa acara tersebut. Bapak Rohmat adalah Pendeta dari Iran dan menyamar menjadi Artis supaya bisa masuk mendakwahi Orang-orang indo ini yang suka sekali dengan ketenaran atau dunia Artis, ia mempunyai tiga darah campuran yaitu Arab, Iran, dan Balikpapan. Ia terkenal karena Ayahnya seorang penyanyi Rohani bernama Ali Mahmed. “Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-Saudara, kita semua adalah satu ikatan. Seperti ukhwah islamiyah, tapi ingat Saudara-Saudara kita sedang di Indonesia, negeri ini masih banyak muslimnya yang taat. Oleh karena itu kita masih berdakwah secara diam-diam.” Rohmat menerangkan tentang persaudaraan Syiah tersebut. “saya hanya mengingatkan kepada kalian semua bahwa Aisyah itu adalah pendusta dan pezina. Semoga Allah membakarnya di neraka, dialah penyebab Rasulallah wafat, dia yang meracuni Rasulallah hingga wafat. Semoga laknat selalu menyertainya.” Rohmat menjelaskan tentang Syiah sambil memfitnah Aisyah dan melaknatnya, kemudian Rohmat mengeluarkan kitab yang lumayan tebal bernama Ma’rifat Rijal dan Rohmat mengolok-ngolok, menghina mencaci maki Sahabat-sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman. setelah selesai itu semua, Rohmat menyudahi ceramahnya itu ia pun memberikan mic kepada Pembawa Acara. “tepuk tangan yang meriah untuk Saudara kita Bapak Rohmat.” ujar Abu. Tepuk tangan yang meriah diberikan untuk Rohmat, bahkan ada Orang yang bertepuk tangan sambil berkata laknat Aisyah, Laknat Abu Bakar, Umar, Utsman. Namun, tidak dengan Dzul, dan juga Fahmi, justru mereka geram mendengarkan ini dari awal, sementara Luqman dari tadi berdzikir menyebut nama Allah dari awal masuk sampai sekarang. “Yak terima kasih kepada Bapak Rohmat sebagai narasumber. Oke sekarang waktunya sesi tanya jawab, apakah ada yang ingin bertanya?” tanya Abu. Hanya ada satu orang yang ingin bertanya, yaitu Luqman, semua orang yang berada di aula tertuju matanya melihat Luqman, Luqman tidak hanya mengangkat tangan namun, ia berdiri dengan tegap sambil melotot ke arah Abu Kaslan. “yak, oke anda yang berada di ujung sebelah kiri, ingin bertanya apa?” tanya Abu. Luqman tersenyum sambil mengambil mic yang di berikan oleh Abu, kemudian Luqman mengucapkan basmallah agak pelan, “assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh perkenalkan nama saya Luqman.” Luqman memberikan salam, namun tidak ada yang menjawab hanya saja terdengar beberapa orang yang menjawabnya. Fahmi yang tanpa komando langsung berdiri dan pergi ke bagian samping panggung, ia menyiapkan kamera untuk merekam itu semua. Luqman mengeluarkan kitab yang tebal bernama Al Ghibah, “Pak Rohmat, bapak punya kan kitab ini?” tanya Luqman. Rohmat mengangguk sambil menunjukan kitabnya itu yang memang ia bawa kemana-mana, “begini Pak Rohmat, di dalam kitab ini ada di sebutkan tentang beberapa wasiat Rasul kepada imam Ali. Benarkan Ustadz?” tanya Luqman. “halaman berapa memangnya?” tanya kembali Rohmat. “halaman 150 no 111” jawab Luqman, “sebentar saya lihat.” ujar Rohmat, “ya, benar. Lalu apa yang ingin ditanyakan dari wasiat yang mulia ini?” tanya Rohmat. “masih berlakukah wasiat ini Pak Rohmat?” tanya kembali Luqman. “tentu, sampai hari kiamat.” ujar Rohmat. “di dalam kitab ini Rasul berwasiat, yaa ‘alliy anta washiyyi ‘ala ahli baiti hayyihim wa mayyitihim wa ‘ala nisa-i. Fa man tsabbattuha laqiyatniy ghdan, wa man tholaqtuha fa ana baru-un minha.” Luqman menerangkan secara detail, “benarkah ini Pak Rohmat?” tanya Luqman. “bagaimana kamu mengartikan kalimat wasiat itu.” Tanya kembali Rohmat. Luqman tersenyum, “isi wasiat ini adalah wahai Alli engkau adalah washiy ahlul baitku (penjaga ahlul bait) baik itu yang masih hidup maupun yang sudah wafat antara mereka, dan juga istri-istriku. Siapa diantara mereka yang aku pertahankan, maka dia akan berjumpa denganku kelak. Dan barang siapa yang aku ceraikan maka aku berlepas diri darinya, ia tidak akan melihatku dan aku tidak akanmelihatnya di padang mahsyar. Benarkah ini Pak Rohmat?” tanya Luqman, “benar ini wasiatnya.” Jawab Rohmat, “yang ingin saya tanyakan, apakah Aisyah istriRasulallah itu pernah dicerai oleh Rasulallah?” tanya Luqman. Rohmat menggeleng, “apakah Aisyah di pertahankan Rasulallah sampai Rasulallah wafat?” tanya kembali Luqman. “hmm, ya benar” ucap Rohmat. “lalu kenapa tadi Pak Rohmat bilang Aisyah itu masuk neraka sedangkan dalam wasiat ini Aisyah tergolong orang yang masuk surga?” tanya Luqman. “hmmm, bukan seperti itu maksud dari wasiyat ini Mas Luqman. Hmm” ujar Rohmat dengan tingkah lakunya yang aneh. “entahlah Pak Rohmat tapi inilah isi wasiyat dari Rasulallah. Berarti wasiyat ini tidak lagi di anggap oleh orang Syiah sendiri ya Pak?” tanya Luqman. Orang-orang Syiah yang berada di sana geram mendengarkan pertanyaan Luqman, namun Pak Rohmat memberikan aba-aba untuk tenang. “kamu mau memberikan pertanyaan atau berdebat dengan saya?” tanya Rohmat. “saya hanya memastikan kebenarannya Pak, tapi mengapa Orang-rang Syiah demikian?” lanjut Luqman. “oooh tidak begitu, tapi bukan begitu cara menafsirkannya.” jawab Rohmat. Dan akhirnya Rohmat menjelaskan tentang penafsirannya tapi sedikitpun tidak masuk akal bahkan Orang-orang Syiah itu sendiri terlihat bingung mendengar penjelasan Pak Rohmat itu. Luqman melirik Dzul yang berada di sampingnya ia tersenyum puas. Kemudian Dzul mengambil mic yang di pegang oleh Luqman, “Pak Rohmat saya tidak faham penjelasan antum, mohon di ulangi Pak, hehe..” ujar Dzul kepada Luqman, memang iseng sekali Dzul kalau ada kesempatan bertanya seperti ini, “begini, begini. hmm, intinya hadist wasiyat ini dinilai oleh ahli ilmu Syiah dan tentunya berdasarkan ilmu hadist Syiah adalah lemah sekali bahkan sampai derajat palsu.” jawab Rohmat. ini adalah penjelasan yang keliru. Tadi katanya wasiyat ini sampai hari kiamat, sekarang menyatakannya sebagai hadist palsu. Luqman kembali memberi pertanyaan namun pembawa acara mengambil mic tersebut, Dzul langsung berdiri dan berkata kepada pembawa acara bahwa ia yang akan bertanya, pembawa acara memberikan mic ini kepada Dzul, “nama saya Dzul. Seperti yang saya pernah dengar bahwa Syiah menganggap bahwa Ali lah yang seharusnya menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulallah, apakah benar?” tanya Dzul. “ya benar sekali tetapi Abu Bakar rakus akan kekuasaan sampai-sampai dia berbuat kezaliman dan makar yang besar. Di ikuti pula oleh Umar dan Utsman.” jawab Rohmat. tidak sampai disitu Dzul kembali bertanya “apakah ada dalil yang menunjukan Ali sebagai orang yang dipilih Rasul menjadi khalifan sesudah wafatnya Nabi?” kembali bertanya Dzul. “tentu ada, hadist ghodir khum, ketika Nabi sedang menunaikan hadist wada’ disetai beberapa orang sahabat besar, Nabi berkata kepada Buraidah, hai Buraidah barangsiapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin.” jawab Rohmat dengan lugas. “Pak Rohmat, kalau saya tidak mengamalkan dan sengaja menolak apa yang diperintahkan Nabi, kira-kira apa hukuman buat saya Pak?” tanya Dzul. “Ya Mas Dzul bisa dihukumi kafir mendustakan Nabi.” ujar Rohmat. tanpa berpikir panjang Dzul langsung mengeluarkan kartu as pertanyaannya. “Astaghfirullah. Berarti Imam Ali pun telah kafir dalam hal ini Pak. Sebab dia tidak mengindahkan perintah nabi, jika memang ini dalil yang menunjukkan Ali sebagai khalifah. Bahkan Imam Ali membai’at Abu Bakar, maka Abu Bakar pun dihukumi kafir. Begitu juga Umar, Utsman dan semua para sahabat yang menyaksikan ketika itu semuanya kafir. Sebab yang menjadi pesan Rasul adalah man kuntu maulahu fa’aliyyun maulahu, siapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin. Benarkah bagitu Pak Rohmat? atau hadistnya palsu juga?” tanya Dzul yang membenarkan kembali fakta-fakta yang ada. “Hadistnya shohih, tapi bukan begitu juga maksudnya.” jawab Rohmat dengan gugup. Lalu Luqman berdiri dan meminta Dzul untuk duduk, “karena ini sesi tanya jawab maka saya ingin bertanya lagi, sebelum Pak Rohmat jelaskan maksudnya saya pengen tanya lagi biar kelar. Apakah setelah Imam Ali yang akan menjadi khalifah adalah anaknya Al Hasan?” tanya Luqman. “ya benar sekali. Tidak bisa kita pungkiri.” jawab Rohmat dengan mantap. “ada dalillnya? Shohih apa tidak?” tanya kembali Luqman. “ada, dalilnya shohih jiddan.” Jawab Rohmat. “bagaimana bunyinya?” Luqman kembali bertanya. “wahai Alliy engkau adalah khalifahku untuk umatku sepeninggalku, maka jika telah dekat kewafatanmu maka serahkanlah kepada anakku Al Hasan, hadist ini cukup panjang menjelaskan tentang 12 imam.” jawab Rohmat. “coba Pak Rohmat lihat kembali kitab al ghaibah yang tentang wasiat Rasul tadi. Tidakkah isinya sama dengan yang baru saja Bapak sebutkan?” tanya Luqman. “sebentar, oh iya sama.” jawab Rohmat. “bukankah tadi saat kita membahas tentang keberadaan Aisyah di surga, Bapak katakan hadist palsu? Tapi sekarang saat membahas tentang dalil kekhalifahan Ali dan Hasan malah Bapak balik katakan hadist ini shahih Jiddan?” Luqman memeperkan segala fakta yang terjadi tadi, karena Rohmat telah keliru dengan persepsi dirinya dan juga persepsi Orang-orang Syiah. Raut wajah Rohmat sudah mulai tak karuan, yang tadinya senyum-senyum sendiri, sekarang mulai terasa canggung, pembawa acara mau menutup sesi tanya jawab tapi malu, karena bukan saja yang datang dari Syiah, ada juga beberapa orang yang ingin masuk Syiah, jadi kalau sesi ini langsung di tutup, pasti mereka akan protes karena Syiah tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Kemudian Luqman kembali bertanya “Pak Rohmat, saya pernah dengar dari Guru-guru saya, bahwa Syiah itu suka taqiyah. Apakah ini bagian dari taqiyah?” tanya Luqman yang membuat sebagian Orang-orang Syiah terkejut. Dzul yang dari tadi tersenyum lantas langsung berdiri menemani Luqman, “Pak Rohmat, akuilah bahwa Aisyah ra adalah penghuni surga, Abu Bakar khalifah pertama, Umar kedua, Utsman ketiga, Ali ke empat. Kita semua mencintai ahlul bait Pak. Ali juga setia kepada kepemimpinan Abu Bakar. Umar, dan Utsman. dan Ali sangat mencintai ketiga sahabatnya. Bahkan sampai-sampai nama anaknya Ali dari istrinya yang lain diberi nama Umar, Abu Bakar.. apakah Bapak mau menafikan itu semua?” tanya Dzul dengan pemikiran logika yang dasar. “ hmm, kalian bukan bertanya, melainkan ingin debat kusir dengan saya.” ujar Rohmat. “kami tidak debat kusir Pak, ini pertanyaan, dan saya hanya menambahkan.” ucap Dzul. “sepertinya kalian sudah tau semua.” ujar Rohmat. “oh berarti Bapak mengakui kebenaran ini?” tanya Luqman yang langsung mengambil mic dari Dzul. “Allahu a’lam.” jawab Rohmat. Rohmat langsung pergi meninggalkan aula, ia berbisik kepada pembawa acara, kemudian langsung berbalik ke arah pintu keluar. “okeh, tadi Bapak Rohmat bilang bahwa dia ada acara lagi di tempat lain, dan mungkin pertanyaan tadi di simpan terlebih dahulu. Sekarang saatnya kita makan-makan.” Ujar pembawa acara, sambil melotot kearah Luqman dan Dzul, ternyata banyak juga Orang-orang yang kecewa dengan sikap Rohmat yang tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Luqman, Dzul, dan Fahmi langsung keluar aula gedung. Luqman dan Dzul tidak sabar untuk memberi tahu Ustadz Yahya, sementara Fahmi tidak sabar untuk mengupload video yang tadi ia rekam, dari awal sampai sesi debat itu berakhir. Fahmi merekam memang dari awal, ia menyembunyikan kameranya di balik kemeja, jadi tak heran jika nanti di Youtube ada versi fullnya.
Ustadz Yahya tersenyum melihat video yang sudah viral di medsos, youtube, bahkan tv Nasional, video itu berjudul ‘Santri mematahkan pendapat Pendeta Syiah.’ Fahmi yang mengirim video itu langsung di youtube, Facebook dan media sosial yang lainnya, penontonnya sudah mencapai 50juta, dan di share sebanyak 7juta kali, ini adalah viral terbesar sepanjang sejarah ucap Fahmi.
Brakk, terdengar suara pukulan yang begitu keras, “pokoknya saya gak mau tau, bunuh ketiga anak itu, atau tangkap dia. Bagaimanapun caranya, mengertii!!” ucap salah seorang yang berjubah hitam yang ternyata ia adalah Pendeta Syiah terbesar di Indonesia, selain Rohmat. seisi ruangan terdiam, di dalam ruangan itu terdapat meja yang berubentuk budar yang bisa berisi 10 sampai 20 orang. namun,hanya ada 5 orang yang mengisi meja bundar itu dan 3 orang penjaga di dekat pintu. “mungkin kita ada cara lain Pendeta selain membunuhnya.” ucap salah satu diantara mereka. “tidak ada cara lain, selain membunuh mereka, merekalah yang menggagalkan rencana kita.” jawab Pendeta Syiah. Seisi ruangan hening kembali sejenak, “siapa yang setuju angkat tangan.” tanya Pendeta. Yang mengangkat tanan hanya 4 orang termasuk Pendeta itu sendiri, namun tidak dengan salah seorang diantara mereka. “mengapa kamu tidak mengangkat tangan? Apakah kamu tidak setuju dengan rencanaku?” tanya pendeta kepada Orang itu, “ia, saya tidak setuju, dan saya tidak pernah setuju, untuk membunuh Anakku.” jawab orang itu. Pendeta tersenyum sinis dan langsung memberi aba-aba kepada Penjaga yang didekat pintu untuk menangkap Orang ini. Diseretlah ia keluar dan di pukuli. “konsekuensi, mau keluarga, teman, sahabat, bahkan tuhan pun sekalian, siapapun yang mau menggagalkan rencana kita, kita harus singkirkan. Brad kirim Orang untuk membunuh ketiga Santri itu.” ujar Pendeta Syiah, Orang yang dipanggil Brad itu mengangguk, dan langsung keluar.
Fahmi yang sedang melamun buyar seketika, ketika mendengar panggilan dari Dzul, Dzul memanggilnya lewat speaker pesantren, jadi Fahmi sedikit kaget dengan suara yang lumayan keras itu. Dzul memanggil Fahmi untuk datang ke kantor Guru sekarang juga. Di kantor Guru sudah ada Luqman, Ustadz Yahya, dan juga Ustadz Khalid. Ustadz Khalid takjub dengan mereka bertiga, yang berani sekali mematahkan pendapatnya didepan Orang-orang Syiah, itu sama saja kamu masuk ke kandang Anjing, canda Ustadz Khalid. Mereka berbincang lumayan lama sekita 2 jam, setelah itu Ustadz Khalid pamit pulang.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, dimana Santri-santri sudah disuruh tidur, namun tidak dengan Fahmi, ia masih saja mengurus projectnya di lab komputer Pesantren. Tiba-tiba datang seorang Santri mendekatinya, “wahh kak Fahmi, masih rajin aja nih, ngerjain apaan emang?” tanya Santri, yang memang kebetulan ia dapat jadwal harris atau jaga malam, “ia, ini ada tugasdari Ustadz Yahya, biasa urusan Pesantren.” jawab Fahmi. Fahmi memang bukan Santri biasa di sana, Fahmi dijadikan Sekertaris Pesantren karena ia pintar IT, rajin menulis, dan juga sangat gemar bekerja. “yasudah, saya keliling Pesantren lagi ya, nanti kalau ada apa-apa bilang saja kak.” Ujar Santri itu. Fahmi mengangguk sembari memberikan senyuman, lalu Santri itu pun pergi. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.35 menit, Fahmi yang dari tadi mengerjakannya pun sudah merapihkan dan siap untuk kembali ke asrama, Fahmi yang sedang membereskan peralatan-peralatan komputer tiba-tiba dikejutkan oleh Santri yang tadi, “Kak, ikut aku sini, aku lihat orang make baju item banyak banget, jalan ngendap-ngendap, di sekitaran Pesantren, walaupun di luar, tapi tetep aja curiga.” jelas Santri itu. Fahmi terkejut, dan Fahmi langsung menyuruh Santri itu untuk membangunkan Santri-santri yang pandai beladiri, Santri itu mengangguk. Fahmi langsung berlari ke asrama, kemudian Fahmi membangunkan Luqman dan Dzul yang sedang tidur, setelah mereka berdua bangun, Fahmi memberi tahu, lalu Luqman dan Dzul bersiap untuk menghadapi mereka. Sementara Fahmi pergi ke kamar Ustadz Yahya, disana ia membangunkannya seca halus, Ustadz Yahya membuka pintu, dan melihat Fahmi yang ngos-ngosan. “assalamualaikum stadz, anu, itu di sekitar pesantren, banyak Orang make baju item-item, ngecurigain banget.” jelas Fahmi yang nafasnya tersegal-segal. Ustadz Yahya terkejut, tapi ia sudah menyadari, pasti ini perbuatan mereka. Luqman, Dzul dan para Santri yang jago beladiri sudah berada di gerbang utama, mereka melihat Orang-orang berbaju hitam ini di depan gerbang pula, sepertinya ini akan terjadi pertarungan. “teman-teman, Santri. Walaupun kita hanya berjumlah 8 Orang, sedangkan mereka berjumlah 10 Orang, kita tak akan tegar, ingat Saudara-saudara, kalau pun kita mati, maka ini akan menjadi mati Syahid kita, jadi jangan takut mati, karena kita sedang membela Agama Allah, kita menjaga Pesantren ini dengan damai. Allahuakbar.. Allahuakbar, takbir.” ungkap Luqman dengan semangat yang membara. Dzul dan para Santri pun ikut takbir, serang, ucap salah satu diantara orang berbaju hitam, serang ucap Luqman dengan semangat. Pertarungan sengit pun terjadi, dimana Luqman, Dzul dan para Santri melawan Orang-orang yang tak dikenal itu, satu Orang Santri tumbang ia terjatuh, Orang yang melawannya pun mengeluarkan pisau dari balik bajunya, dan menyandera Santri yang terjatuh itu, Luqman yang sedang bertarung pun menghentikan pertarungannya, dan ia berjalan ke arah Orang yang menyandera Santri itu, “Mundur, atau gw gorok nih Orang.” Ucap Orang yang menyandera Santri tersebut. “hmm, apakah kalian datang untuk menjemputku? Aku adalah Luqman yang membantah Pendeta Syiah itu.” jelas Luqman. Salah satu diantara mereka berkata “serahin diri loe atau nih sandera kite bunuh.” berujar salah seorang dari mereka, “tuker saja, saya dengan sandera itu.” jawab Luqman dengan tegas, kemudian Luqman berjalan kehadap Orang yang menyandera Santri tersebut, tanpa berpikir panjang Santri itu dibebaskan dan Luqman ditangkap, pisau itu menempel di leher Luqman. Orang yang menyanderanya berkata “apakah ada kalimat terakhir yang ingin lo sampaikan?” tanya si penyandera. “ada” jawab Luqman dengan pendek. “apa itu?” tanya kembali. Luqman langsung mengigit tangan si penyandera, dan langsung mematahkan bagian tangannya, lalu menendang bagian ulu hatinya, terjatuhlah penyandera tersebut, kemudian datanglah Ustadz Yahya bersama Polisi, ditangkap lah kesepuluh Orang itu, ada yang ingin kabur tetapi tidak bisa karena banyak Santri yang menjaga disana, ternyata para Santri dibangunkan oleh Fahmi, suruhan Ustadz Yahya, karena pasti Orang-orang itu akan pergi melarikan diri. Sementara itu kesepuluh Orang itu di introgasi, dan ditanya siapa yang menyuruhnya.
Polisi menangkap Pendeta Syiah beserta gembong gembongnya, karena ia mendapatkan kesalahan di dua Pasal, yang pertama Pasal 340 tentang pembunuhan berencana dan akan disidang bisa dihukum mati atau maksimal penjara 20 tahun, Pasal yang kedua yaitu Pasal tentang ajaran sesat, yaitu Pasal 156a KUHP bukan Pasal 159 sebagaimana ditulis sejemlah media. Sementara itu polisi menemukan Orang yang sedang disalib, bercucuran darah di tempat Pendeta Syiah tersebut, setelah di periksa ternyata masih hidup, lalu dilarikan ke Rumah Sakit.
Ayah Fahmi membuka mata sudah banyak sekali Orang di ruangan Rumah Sakit itu, disana ada anaknya Fahmi, Luqman, Dzul, Kyai Mufthi, serta keluarga dari dia, keluarga dari ibunya. Ayah Fahmi menangis haru dan tak tahu harus bagaimana lagi, ia ingin kembali kejalan yang benar, ia ingin kembali ke Tauhid Allah sang pencipta, yan tidak oernah tidur, yang selalu menerima taubat, dan sang pemberi Rahmat. “Ashadu Alla Illa Haillallah Wa Ashadu Ana Muhamadan Rasullah, Saya bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah” Alhamdulillah akhiranya ayah taubat ucap Fahmi yang langsung memeluk Ayahnya. Hidayah adalah bentuk kasih sayang terhadapat hambanya, Ayahnya Fahmi mendapatkan Hidayah karena Allah, dan semoga Allah memberikan kita selalu Hidayahnya, karena jika kita sudah percaya kepada Allah, maka dunia ini hanyalah kecil.
Allahummah-dini’ wa saddidni. Allahumma inni’ asalukal Huda’ was Sadada. Ya Allah, berikanlah aku Hidayah dan keteguhan. “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada Mu hidayah dan keteguhan.” (HR. Muslim)
(cerita hanya fiktif, namun pasti, InshaAllah bermanfaat. Wallahualam bisshowab.)